Mohon tunggu...
M. Hamse
M. Hamse Mohon Tunggu... Guru - Hobi Menulis

Hobi Menulis

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Pesona Terjatuh

6 Desember 2022   18:37 Diperbarui: 6 Desember 2022   18:47 153
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

                                                                                                             Pesona Terjatuh

Desahan nafas berat. Dedaunan tidak lagi bergemulai tergoyang angin. Semuanya berat. Berat untuk sekedar berbagi cerita seperti senja itu.

"Kuncupmu melayu!" Daun seakan mendesak penjelasan. Sudah lama sekali ia melihat Bunga tidak mekar-mekar.

"Berat," jawabnya gemulai. Seolah jiwanya menghilang!

Ada rasa beban Daun yang tidak bisa menebak maksud Bunga. Bunga mematung, bungkam, seperti mulut tersumbat, sesak!

"Lihatlah Bunga itu," kata seorang lelaki berparas sederhana.

Bunga menunduk pilu. Ia tahu, tak mungkin tangan mungil itu merabanya, apalagi memetiknya untuk disuntingkan di telinga kekasihnya. Orang itu tidak buta, pastinya ia memilih bunga yang memberinya sempurna, yang indah, ia mekar di pagi, yang membuat kekasihnya terjatuh di pangkuan.

Daun membaca persoalan yang terjadi. Pergulatan dalam hati Bunga ia tahu.

"Dengarlah, suatu saat engkau pasti dipetik!" hibur Daun.

Wajah Bunga menjadi merah. Ada ketaksetujuan atas pernyataan Daun.

"Matamu mungkin sudah buta untuk melihat, telingamu pasti tuli untuk mendengar. Sekali saja, tataplah aku ini dengan hatimu!"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun