Mohon tunggu...
Mariangelica PrimaLestari
Mariangelica PrimaLestari Mohon Tunggu... Lainnya - Menyenangkan

Anak kecil mau banyak nulis

Selanjutnya

Tutup

Gadget

Pentingnya Literasi Digital di Tengah Maraknya Disinformasi

29 Oktober 2020   12:41 Diperbarui: 29 Oktober 2020   12:43 471
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Balita main laptop / Dok. Pribadi

Hidup di tengah perkembangan teknologi yang setiap saat semakin maju, membuat umat manusia juga berlomba-lomba untuk mengikuti perkembangan teknologi yang ada. Teknologi bernama internet kini mempermudah manusia untuk mengakses segala sesuatu yang dibutuhkan melalui media sosial yang dimiliki oleh individu pemilik alat komunikasi canggih (smartphone). Hal itu  tentunya memberikan dampak dalam setiap aspek kehidupan manusia. Salah satu dampak yang paling ditemukan adalah krisis informasi dimana semakin maraknya disinformasi (informasi yang justru menyesatkan) yang saat ini sudah menjadi hal yang lumrah di tengah aktifnya manusia dalam mencari bahkan membuat sebuah informasi. Maka dari itu, penting bagi manusia untuk memahami literasi digital.

Menurut Elizabeth Sulzby dalam bukunya yang berjudul Emergent Litercasy tahun 1986,  literasi diartikan sebagai kemampuan berbahasa yang dimiliki seseorang dalam berkomunikasi "berbicara, membaca, menyimak, dan menulis" dengan cara yang berbeda sesuai dengan tujuannya. Literasi ini merupakan pintu dari setiap individu untuk berkembang dan menemukan lagi makna literasi yang semakin luas sehingga muncul istilah-istilah baru dalam literasi. Literasi digital salah satunya. 

Menurut  https://www.linovhr.com/literasi-digital/ literasi digital merupakan kemampuan seseorang dalam aspek pemanfaatan teknologi, alat komunikasi, membuat dan mengevaluasi informasi dengan sehat dan cermat serta patuh terhadap hukum dalam kehidupan. Dari pengertian tersebut, diharapkan setiap individu mampu menggunakan teknologi dengan bijak.

Menjadi pengguna teknologi yang kritis dan bijak dapat dikatakan sulit namun tidak sulit karena dalam kehidupan nyata, para pengguna teknologi belum paham sepenuhnya tentang pentingnya literasi. Hal inilah yang menjadi salah satu faktor terjadinya disinformasi. Bahkan kini para pengguna alat komunikasi  dapat mengunggah sendiri informasi yang ditemukan di lapangan ke dalam media sosial yang ia miliki. 

Dengan demikian, masyarakat lainnya pun dapat dengan cepat mengakses informasi tanpa harus menunggu instansi media penyiaran untuk memberitakan informasi tersebut. Situasi yang paling jelas terlihat dimana banyaknya disinformasi yang terjadi adalah saat masa pandemi ini. Awal Maret 2020 lalu, memang tidak dapat dipungkiri bagaimana paniknya seisi dunia ketika mengetahui ada virus yang menyerang seluruh dunia. Banyak informasi bermunculan di media sosial dari sumber yang tidak valid namun sudah sampai ke masyarakat dan ditelan mentah oleh masyarakat.

Salah satu disinformasi yang sempat viral di masyarakat media sosial adalah tentang minuman beralkohol yang mampu menangkal virus Covid-19. Kemudian hal tersebut dibantah oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) yang mengatakan bahwa virus yang sudah masuk ke dalam tubuh manusia tidak dapat dibasmi begitu saja dengan alkohol. 

Entah itu disemprotkan ke tangan atau diminum secara langsung. Informasi lain sempat viral namun kebenarannya masih dipertanyakan adalah tentang beredarnya kalung anti virus. Dapat dikatakan bahwa dengan adanya masa seperti ini dijadikan untuk mencari keuntungan padahal belum tentu barang yang tersebut benar-benar memberikan pengaruh untuk mengatasi virus. Banyaknya kesalahan informasi seperti itulah seharusnya dapat diantisipasi oleh setiap individu untuk tidak menelan mentah-mentah informasi yang didapat. 

Dilansir dari https://republika.co.id/berita/qhgibx335/kominfo-pengguna-internet-di-indonesia-capai-1755-juta-jiw  Ahmad M Ramly, Direktur Jenderal Penyelenggaraan Pos dan Informasitika Kementerian Komunikasi dan Informatika menyebutkan bahwa pengguna internet tahun 2020 sebanyak 175,5 juta jiwa. Angka tersebut naik sebesar 17 persen dari tahun sebelumnya. Jika dibayangkan, dengan banyaknya jumlah pengguna internet di Indonesia yang hampir mencapai 200 juta jiwa maka tidak heran jika banyak disinformasi yang terjadi.

Kemampuan literasi digital dalam penggunaan atau pemanfaatan teknologi mampu menjadikan manusia sebagai konsumen informasi yang lebih aktif karena mampu menilai apakah informasi yang diaksesnya itu sudah valid atau belum. Untuk meningkatkan kemampuan dalam literasi digital, dapat dimulai meningkatkan kesadaran sosial seperti, berpikir sejenak jika ingin meneruskan informasi yang ada di media sosial Facebook, Twitter, ataupun Instagram. 

Setidaknya lakukanlah pengecekan berulang tentang informasi yang di dapat tersebut melalui media online yang setidaknya kecepatan pemberian informasinya hampir setara dengan para pemilik akun media sosial yang mengunggah informasi di media sosial. Sebagai makhluk sosial, kita juga dituntut untuk saling melindungi. Melindungi di sini ditujukan untuk melindungi orang lain dari paparan informasi yang tidak valid.

Terlebih para pengguna teknologi saat ini terdiri dari semua kalangan. Mulai dari anak-anak sampai orang dewasa dan mereka yang baru merasakan penggunaan teknologi. Sebagai masyarakat canggih, sebaiknya mampu memilah konten-konten dan informasi apa saja yang akan diakses. Terutama di masa yang sedang sensitif seperti ini para pengguna teknologi diharapkan semakin mawas diri dalam menerima dan mendistribusikan setiap informasi agar tidak semakin banyak orang yang terkena paparan disinformasi. 

Dengan memiliki kemampuan literasi digital, individu dianggap lebih memahami secara luas tentang ruang digital yang ada. Mereka yang mau menjadi pengguna teknologi kritis akan lebih baik jika tidak hanya mempertanyakan kebenaran suatu informasi tetapi juga ikut melakukan aksi nyata dalam memerangi informasi yang menyesatkan masyarakat. Dengan demikian masyarakat canggih dapat disebut sebagai pengguna teknologi kritis dan bijak. Tetapi pada akhirnya, semua itu kembali kepada diri sendiri ingin ikut serta menjadi masyarakat canggih yang kritis dan bijak atau tidak.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gadget Selengkapnya
Lihat Gadget Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun