Mohon tunggu...
Maria MutiaraNM
Maria MutiaraNM Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Saya adalah mahasiswa di salah satu universitas di Jawa Tengah.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Penguatan Literasi Anak untuk Indonesia Emas 2045 bersama Kelurahan Bandarharjo

10 Agustus 2022   17:24 Diperbarui: 10 Agustus 2022   17:48 232
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pada tahun 2045, Indonesia diperkirakan mengalami bonus demografi, yaitu kondisi dimana jumlah penduduk usia produktif atau penduduk berusia 15 sampai 64 tahun lebih banyak dibandingkan jumlah penduduk usia non-produktif atau penduduk berusia dibawah 15 tahun dan diatas 64 tahun. 

Untuk menghadapi bonus demografi tersebut, Pemerintah Indonesia melalui Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Republik Indonesia (Kemenko PMK RI) mengajak segenap rakyat Indonesia untuk bahu-membahu membentuk anak-anak yang saat ini berusia dibawah 18 tahun agar dapat menjadi Sumber Daya Manusia (SDM) yang unggul, karena mereka yang pada tahun 2045 nanti menjadi tokoh atau pemimpin bangsa.

Mungkin tahun 2045 masih terasa jauh dan sepertinya bukan hal yang penting untuk mempersiapkan Sumber Daya Manusia yang unggul sejak saat ini. Kenyataannya, bonus demografi juga dapat menjadi bencana demografi apabila tidak ada persiapan yang baik untuk menghadapinya. 

Apabila SDM Indonesia belum berkualitas dan berdaya saing pada saat Indonesia mengalami bonus demografi, maka kemungkinan akan timbul berbagai permasalahan sosial, seperti kenaikan tingkat pengangguran, kenaikan angka kemiskinan, dan kenaikan angka kriminalitas.

Untuk mewujudkan Sumber Daya Manusia yang unggul dan berdaya saing, Kemenko PMK RI menetapkan bahwa terdapat tiga aspek dasar yang harus dipenuhi, yaitu literasi, karakter, dan kompetensi.

Literasi merupakan kemampuan membaca, menulis, serta memahami bacaan. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik pada tahun 2021 98,44 persen penduduk Indonesia sudah melek huruf. Namun sayangnya, peningkatan angka melek huruf masyarakat Indonesia tidak dibarengi dengan peningkatan tingkat literasi masyarakat Indonesia. 

Skor Tes Program for International Student Assessment (PISA) Pelajar Indonesia pada tahun 2018 menunjukkan bahwa pada kategori literasi, Indonesia berada di peringkat 72 dari 77 negara. Hasil survey PISA yang dilaksanakan oleh OECD pada tahun 2019 juga menyebutkan Indonesia berada pada peringkat 62 dari 70 negara. 

Pada tahun 2016, Central Connecticut State University juga membuat riset mengenai negara dengan tingkat literasi paling tinggi, dan Indonesia menduduki peringkat dua terbawah, yaitu peringkat 60 dari 61 negara. Data UNESCO pada tahun 2016 juga menyebutkan bahwaminat baca masyarakat Indonesia hanya 0,001% atau dari 1000 orang Indonesia hanya 1 orang yang rajin membaca. 

Jika rasio ini diaplikasikan pada jumlah penduduk Indonesia saat ini maka diperkirakan dari 270 juta penduduk Indonesia hanya 270 ribu diantaranya yang rajin membaca. Rendahnya literasi masyarakat Indonesia tentu sangat disayangkan, padahal membaca memiliki manfaat yang besar, terutama bagi anak.

Manfaat yang pertama adalah membaca dapat meningkatkan kemampuan otak, seperti melatih konsentrasi anak, melatih imajinasi, melatih keterampilan berpikir dan menganalisis anak. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun