Ketika melihat sebuah film, setiap penonton dapat melihat nilai atau makna dari sudut pandangnya masing-masing. Sudut pandang tersebut juga sering dikatakan sebagai paradigma.
Sudut pandang bisa didapatkan dari sebuah fenomena atau kejadian yang terjadi disekitar lingkungannya. Jalan cerita dari sebuah film dapat diangkat dari isu atau fenomena yang terjadi di kehidupan nyata, yang kemudian sutradara atau penulis skenario menjadikannya sebagai satu alur cerita.
Salah satu paradigma yang melihat isu dari kehidupan sehari-hari adalah paradigma fenomenologi. Fenomenologi merupakan suatu pendekatan ilmiah yang bertujuan untuk menelaah dan mendeskripsikan suatu fenomena yang dialami langsung oleh seseorang dalam kehidupan sehari-hari.
Apa yang kamu pikirkan ketika mendengar kata artis dan televisi?
Jika kamu langsung berpikir tentang uang, kebahagiaan dan kaya, maka kamu harus menonton salah satu film Indonesia yang tayang di tahun 2019 lalu, yaitu Pretty Boys!
Film bergenre drama komedi ini mengangkat sebuah isu yang cukup besar, yaitu mengenai industri pertelevisian di Indonesia. Film tersebut digarap dan dibintangi oleh orang-orang yang secara langsung juga berada dalam 'perangkap' industri televisi.
Pretty Boys disutradarai oleh Tompi dan ditulis oleh Imam Darto, serta dibintangi oleh Vincent (Anugerah), Desta (Rahmat), Onadio Leonardo (Roni), Danilla Riyadi (Asty) dan beberapa artis lainnya. Jika dlihat dari nama-nama yang berada di belakang layar maupun yang bermain dalam film tersebut, mereka juga terlibat langsung dengan industri pertelevisian di Indonesia.
Film ini ingin menceritakan bagaimana perjuangan dua anak lelaki, Anugerah dan Rahmat dari kampung yang ingin terkenal dan masuk televisi, dan ternyata lika-liku perjalanan mereka tidak semudah itu. Ketika mereka berhasil masuk, perjuangan tidak berhenti sampai disitu, melainkan harus banyak pengorbanan yang mereka lakukan agar mencapai kesuksesan yang mereka inginkan.
Perjuangan yang dialami oleh Anugerah bukan hanya pada saat ia masuk ke industri televisi, namun ia juga harus melawan dan meyakinkan ayahnya bahwa dirinya akan sukes di Jakarta seperti yang Anugerah dan Rahmat impikan sedari kecil.