Menonton film merupakan salah satu kegiatan yang dapat dikatakan sebagai hiburan bagi masyarakat. Masing-masing orang mempunyai genre yang digemari untuk mereka nikmati, seperti comedy, thriller, horror, romance, action, dan masih banyak lagi.
Secara lebih lanjut, kita akan membahas tentang film yang ber-genre wedding. Apakah kalian pernah mendengar genre wedding sebelumnya? Secara spesifik apa yang dibahas alam genre tersebut? Apakah setiap film yang mempunyai adegan pernikahan termasuk dalam genre wedding?
Menurut Coztanzo (2014, h. 127) dalam setiap film pernikahan,kita perlu mengetahui seberapa 'kental' unsur pernikahan dalam film tersebut melalui karakter, tema, alur cerita dari film tersebut.
Tidak hanya itu, dalam genre wedding juga tidak selalu membahas mengenai laki-laki dan wanita yang sedang mempersiapkan pernikahan tetapi juga membicarakan tentang kehidupan dalam pernikahan, masalah antara suami-istri, mertua ataupun lingkungan di sekitarnya.
Dalam film yang bergenre wedding juga ingin menunjukkan nilai, makna yang terdapat dalam film tersebut tentunya melalui ideologi atau unsur budaya yang ingin diperlihatkan kepada penonton.
Apapun kebahagiaan yang terlihat dalam film dengan genre wedding, pasti terdapat masalah didalamnya, dalam buku World Cinema Through Global Genres juga dikatakan bahwa "the course of true love never did run smooth" hal tersebut dapat terlihat dari konflik-konflik yang dialami oleh karakter dalam film tersebut.
Selain itu, dalam film genre wedding, dapat terlihat bagaimana ritual atau budaya tertentu terlihat dalam kehidupan sehari-hari yang terbentuk melalui doktrin agama, patriarki, konsumerisme dan hal lainnya.
Secara lebih lanjut, genre wedding akan dijelaskan melalui salah satu film Indonesia yang dirilis pada tahun 2018, yaitu 3 Dara 2. Secara umum, film 3 Dara 2 yang dibintangi oleh Tora Sudiro (Affandy), Adipati Dolken (Jay) dan Tanta Ginting (Richard)  masuk kedalam genre wedding karena dalam film tersebut membahas bagaimana ketiga suami sebagai kepala rumah tangga berusaha untuk mempertahankan pernikahannya dengan permasalahan yang datang kedalam kehidupan mereka dan dibalut dengan unsur  komedi.
Seperti yang sudah dikatakan, bahwa film bergenre wedding tidak selalu menampilkan kebahagiaan seperti yang dibayangkan orang-orang.
Menurut Coztanzo (2014, h.134)
"Whatever these wedding icons represent, there must be trials and obstacles along the way. 'The course of true love never did run smooth' "
