Mohon tunggu...
Maria Lidwina Resti
Maria Lidwina Resti Mohon Tunggu... Mahasiswa - Belajar terbiasa menulis

Menikmati musik, sejarah dan komik

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Pernikahan Adat Suku Dayak Kantuk, Cerai Kena Hukum Adat

21 Desember 2021   21:54 Diperbarui: 21 Desember 2021   22:23 2019
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Darah manuk bisa dilihat, jika langsung beku pas ditungkup tidak jatuh berarti kedua mempelai paling kuat iman dalam keluarga, kedua laki bini (suami istri) tidak ada permasalahan, semisal malah sebalik jika darah ayamnya cair berarti ada masalah nantinya dalam keluarga. Jika dalam darah ada bintik-bintik putih menandakan ada anak atau ada “buah anak”. 

Baca darah manuk ini sudah menjadi kebiasaan dengan dibuktikan pada masa bekeluarga serta para tetuah yang membaca darah manuk tidak memberitahu arti dari darah manuk pada saat nikah adat berlangsung karena jika menunjukan hasil yang kurang baik akan menimbulkan beban atau sugesti bagi kedua suami istri tapi seperti buah anak boleh dikasi tahu menanda bahwa akan mempunyai anak jika tidak memiliki buah anak tidak boleh dikasi karena lagi masa “bekitau”.

Sering dilihat bahwa nikah adat dilakukan pada malam hari padahal tidak ada aturan jika nikah adat harus malam, tetapi sudah menjadi kebiasaan. Terlebih sekarang sebelum nikah adat ada nikah sipil atau nikah gereja dll, maka dilakukan dulu nikah gereja lalu siangnya resepsi terakhir adalah nikah adat pada malam hari.

Dalam nikah adat, jika sudah cerai berarti bisa nikah lagi karena udah dibayar adatnya. Tidak ada mengijinkan orang cerai makanya ada sanksi adat, dalam kata sambutan sudah diberitahu jika mau nikah maka pikir-pikir dulu.

Nikah adat sudah nasional, tapi untuk catatan sipil tidak berlaku cuman nikah adat seiring dengan agama yang mana tidak melenceng. Dalam agama kalo sudah menikah tidak boleh becerai sedangkan di nikah adat tidak boleh menyuruh orang tidak nikah lagi karena melanggar yang diatas “Allah Talla”.

“kitai ndak ulih tauk nagang urang ka belaki bini” (tidak boleh melarang orang jika ingin bersuami istri).

Dalam agama katolik hanya bisa diberkati pada pasangan yang pertama tetapi jika nikah lagi tidak bisa diberkati yang mana secara gereja nikahnya tidak diakui.

Nikah adat diharuskan, jika hanya nikah gereja saja itu akan menjadi bahan omongan orang, ocehan dan melanggar dalam adat karena nikah adat adalah salah satu sistem untuk melestarikan budaya. Dalam masyarakat juga masih memiliki pola pikir yang mana nikah adat lebih terhormat daripada nikah biasa. Jika sudah nikah adat itu sudah sah dimata masyarakat walaupun belum nikah sipil atau nikah gereja karena udah bebiau, semisal nanti ada yang selingkuh akan di hukum adat karena sudah nikah adat walaupun belum nikah gereja, adat sudah berjalan.

Sebelum zaman dulu ada musim “ngayap” (laki-laki datang diam-diam ketempat perempuan tanpa diketahui orang tua), jika dalam tiga malam ketahuan ngayap tanpa memberi tahu orang tua ditanya “ka ndak dik belaki bebini” (mau tidak bersuami istri) dan lebih 3 malam lagi ngayap akan dikenakan sanksi adat. Zaman sekarang ngayap masih ada tapi dalam bentuk yang berbeda, sekarang bisa ngayap ketemu dijembatan, sekarang lebih nyaman ada hp “ ayo ketemu disini, ayo ketemu disana”. Jika zaman dulu kalo laki-laki ada berbuat macam-macam laki suka perempuan tidak suka langsung beteriak, orang tua bisa mendengar karena masih didalam rumah sedangkan zaman sekarang siapa yang dengar jika ngayap sudah tidak dirumah.

Jadi, pernikahan adat suku dayak kantuk ini merupakan warisan budaya yang harus tetap terjaga oleh masyarakat kantuk meskipun perkembangan zaman lebih menarik tetapi budaya lebih memikat dan terikat pada masyakat dayak.

Wawancara bersama Yohanes Pulin selaku Komplit atau Kepala  Adat Desa/dokpri
Wawancara bersama Yohanes Pulin selaku Komplit atau Kepala  Adat Desa/dokpri

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun