Mohon tunggu...
Maria Kristi
Maria Kristi Mohon Tunggu... Dokter - .

Ibu empat orang anak yang menggunakan Kompasiana untuk belajar menulis.

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Amankah Pemberian Obat Anti Diare pada Anak?

8 Mei 2017   06:51 Diperbarui: 26 Februari 2018   19:47 8435
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

"Anak saya diare sejak kemarin, sudah saya bawa ke dokter tapi sampai sekarang masih belum berhenti juga." itu adalah keluhan yang kerap saya dengar. Banyak orangtua yang membawa anaknya ke dokter berharap bahwa diare anaknya akan berhenti saat itu juga. Mampet..pet! Memangnya wc bisa mampet..

Untuk menjawab pertanyaan itu saya tergelitik untuk menguraikan tentang diare,"obat mampet diare" serta penanganan yang benar pada diare anak

Ok, pertama-tama kita harus satu pandangan dulu tentang apa yang disebut diare. Diare berasal dari kata ‘diarroia’ dari bahasa Yunani yang berarti mengalir terus. Anak dikatakan menderita diare jika dalam sehari terdapat 3x BAB atau lebih atau ditemukan konsistensi tinja yang berubah dari biasanya. Pada bayi, terutama yang minum ASI, frekuensi BAB 10x per hari masih dapat dikategorikan normal karena ASI memiliki sedikit efek pencahar. 

Diare merupakan pembunuh balita terbanyak setelah pneumonia atau radang paru-paru. Sekitar 22,8% kematian balita tiap tahunnya disebabkan oleh diare yang berkomplikasi. Karenanya diare tidak dapat dipandang dengan sebelah mana dan tidak boleh ditangani dengan asal-asalan. 

Diare dapat menyebabkan dehidrasi, suatu keadaan dimana tubuh kekurangan cairan sehingga tidak dapat bekerja dengan baik. Terdapat tiga derajat dehidrasi pada diare yaitu tanpa tanda dehidrasi, dehidrasi tidak berat, dan dehidrasi berat. Penatalaksanaannya tentu saja berbeda satu dengan lainnya. Yang terpenting adalah mencegah jangan sampai anak jatuh ke dalam kondisi dehidrasi apalagi dehidrasi berat.

Oralit atau oral rehydration solution  adalah larutan yang didesain sedemikian rupa sehingga dapat menggantikan cairan dan elektrolit yang hilang selama terjadinya diare. Saat ini ada 2 macam sediaanoralit yang beredar: sediaan lama (yang masih sering saya jumpai) mengandung kadar natrium yang lebih tinggi karena dulu dirancang untuk mengatasi dehidrasi pada kolera; dan sediaan baru dengan kadar natrium yang sedikit lebih rendah. Keduanya masih sangat dianjurkan untuk pertolongan pertama pada diare anak. Sayangnya, berdasarkan pengalaman, tidak banyak ibu ataupun pengasuh yang menyediakan oralit di tempat obatnya. Lebih banyak orangtua yang memberikan obat-obatan “anti diare” bagi anak, padahal obat-obatan ini dapat berbahaya.

Obat “anti diare” yang sering diberikan dapat berupa preparat anti motilitas (atau obat yang menghentikan gerakan usus) yang diklaim dapat mengurangi frekuensi diare. Memang pada penggunaan preparat anti motilitas ini anak akan berkurang frekuensi buang air besarnya namun proses kerusakan lapisan usus di dalam tetap berlangsung. Bahayanya dari penggunaan obat ini adalah bakteri yang seharusnya dibuang  melalui buang air besar tidak dapat dibuang dan tumbuh berlebihan di dalam usus. Nantinya bakteri ini dapat menembus dinding usus dan masuk ke dalam aliran darah sehingga didapatkan keadaan yang disebut bakteriemi (bakteri jalan-jalan dalam darah), keadaan yang jauh lebih berbahaya dari diare itu sendiri. Saya sendiri tidak merasa nyaman jika diare dan minum obat anti motilitas ini karena "mampet tapi mulesnya masih terasa". 

Obat “anti diare” lain yang mungkin diberikan orangtua adalah preparat absorben / penyerap. Kaolin-pectin adalah salah satu contoh obatnya. Absorben ini efektif jika diberikan pada orang dewasa namun pada anak keamanannya belum dapat dijamin dan dapat pula menyebabkan bakteri tumbuh berlebihan dalam usus. Saat ini absorben belum direkomendasikan WHO dalam mengatasi diare pada anak.

“Jadi apa yang harus saya berikan pada anak yang diare?” Saya ulangi lagi pembahasan di atas: oralit, oralit, dan oralit. Intinya kita harus menggantikan cairan dan elektrolit yang hilang selama anak diare agar tidak jatuh ke dalam kondisi dehidrasi. Seberapa banyak? Prinsipnya kita memberikan cairan oralit sebanyak tinja yang keluar. Makin sering anak diare, makin sering pula kita berikan oralit.

“Bagaimana jika anak tidak mau minum oralit?” Tidak dapat dipungkiri, cairan oralit memang terasa aneh sehingga ada kemungkinan anak tidak mau meminumnya. Namun jangan khawatir, kita tetap dapat memberikan oralit sedikit demi sedikit pada anak dengan menggunakan sendok. Katakanlah 1 sendok makan setiap 2 sampai 3 menit. Memang perlu sedikit kesabaran namun untuk anak mengapa tidak? Oya, ada juga preparat oralit "bukan generik" yang siap minum. Konon rasanya lebih enak, seperti rasa permen karet sehingga lebih disukai anak-anak. Harganya tentu saja jauh lebih mahal dari oralit "generik". Sayang saya tidak dapat menyebutkan mereknya di sini karena alasan etik.

“Bagaimana cara membuat oralit?” Meskipun sepertinya semua orang sudah tahu cara membuat oralit, tapi tidak ada salahnya jika saya tuliskan di sini. Oralit formula lama biasanya dikemas dalam bentuk sachet yang kemudian dilarutkan dalam 200 ml (sekitar 1 gelas belimbing)air matang. Ingat, harus air matang agar tidak menambah bakteri dalam usus anak kita. Jika menggunakan air mineral dalam kemasan? Sebaiknya dimasak dulu., Sedangkan oralit formula baru memiliki kemasan yang lebih besar dan dilarutkan dalam 1000 ml atau 1 liter air matang. Kedua larutan ini harus dibuang jika tidak habis setelah 1x24 jam.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun