Mohon tunggu...
Maria Kristi
Maria Kristi Mohon Tunggu... Dokter - .

Ibu empat orang anak yang menggunakan Kompasiana untuk belajar menulis.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Artikel Utama

Cerpen | Kisah Cinta Tanah Marapu

13 November 2018   12:08 Diperbarui: 15 November 2018   16:18 1544
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: travel Kompas

"Ayah sudah mengatakan, kamu harus putus dengan pacarmu itu."

Saver hanya diam. Dia sudah tahu apa yang akan dikatakan ayahnya ketika tahu ia masih bersama David, pacarnya. 

"Nak, kamu sebaiknya mendengar apa kata ayahmu." Ibunya membujuk. Saver memandang wanita paruh baya itu. Wanita ini, dulu pernah mengatakan padanya bahwa awalnya ia tidak mencintai ayahnya. 

Namun waktu meluluhkan hati wanita dan akhirnya ia pun mencintai suaminya, ayah Saver. Pernikahan ayah dan ibu Saver adalah pernikahan yang dirancang oleh orangtua mereka, kakek dan nenek Saver. Sama seperti pernikahan para kakek dan nenek, serta mungkin kebanyakan pernikahan kaum maramba (1) lainnya.

Perbedaan usia ayah dan ibu sekitar 12 tahun. Ketika dinikahkan, ibu masih mencintai laki-laki lain, pacarnya. Sayang pacarnya berasal dari golongan kabihu (2). Meksipun pacar ibu dulu berpendidikan dan memiliki pekerjaan yang baik, kakek tidak menyetujuinya karena bagaimanapun ia bukan berasal dari kaum maramba.

"Kamu, nasehati anak gadismu ini," dengan gusar ayah Saver meninggalkan mereka berdua.

Saver menangis. Ia anak bungsu di keluarga ini. Semua kakaknya telah menikah. Beruntung bagi mereka, tidak ada yang jatuh cinta pada golongan di luar maramba. Semua menikah dengan restu orangtua dan dengan cinta. Meskipun Kornelis, kakak kedua Saver, akhirnya memilih untuk tinggal di Bali bersama istri dan anaknya. Alasannya sederhana, mereka ingin menjauh dari adat yang semakin lama semakin terasa mengikat.

"Kamu tahu Saver, cinta itu dapat tumbuh." Ibu Saver mengusap air mata putri kesayangannya.

"Tidak Mama. Aku tidak mau bernasib seperti Mama." Saver menunjukkan kelemahan ibunya.

"Tapi sekarang mama bahagia. Mama mempunyai lima orang anak yang baik seperti kalian dan telah dikaruniai cucu-cucu yang lucu," Ibunda Saver terdiam sejenak, "dan sekarang mama benar-benar mencintai bapamu."

"Iya, tapi berapa lama baru Mama dapat mencintai Bapa?" Saver bertanya lagi, "berapa lama Mama baru dapat memaafkan apa yang diperbuat oleh kakek pada Mama? Berapa waktu yang terbuang untuk menangisi perjodohan dengan Bapa?"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun