Mohon tunggu...
Maria G Soemitro
Maria G Soemitro Mohon Tunggu... Administrasi - Relawan Zero Waste Cities

Kompasianer of The Year 2012; Founder #KaisaIndonesia; Member #DPKLTS ; #BJBS (Bandung Juara Bebas Sampah) http://www.maria-g-soemitro.com/

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Bintaro, Buah Beracun yang Berguna

6 Agustus 2011   20:31 Diperbarui: 23 Desember 2015   01:13 20434
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="" align="aligncenter" width="600" caption="Buah Bintaro"][/caption] Bintaro (Cerbera manghas), merupakan bagian dari ekosistem hutan mangrove sehingga sering digunakan untuk tujuan penghijauan karena tingginya bisa mencapai 12 meter. Tetapi penanaman pohon Bintaro sebagai peneduh kota seperti di kota Jakarta seharusnya dipertimbangkan kembali, karena masyarakat umum tidak mengetahui bahwa getah bunga dan buah Bintaro beracun. Bunga dan buah Bintaro mengandung cerberin, suatu glikosida yang sangat berpengaruh dan dapat mempengaruhi kerja jantung. Karena itu  jaman dahulu racun Bintaro digunakan bunuh diri atau membunuh orang.  Getah bintaro juga digunakan sebagai racun panah untuk berburu. Sayang sosialisasi bahayanya getah Bintaro tidak dilakukan pihak terkait sehingga Bintaro nampak ditanam di taman-taman kota dan perumahan. Siapa yang bisa menjamin bahwa anak-anak balita berpipi montok tidak akan  bergerilya di bawah pepohonan  Bintaro kemudian iseng menggigit atau sekedar mengemut buah bintaro yang banyak berserakan di bawah pohon? Sebetulnya keberadaan pohon beracun yang ditanam ditengah kota Bandung pernah dilaporkan  staf pengajar Fakultas Biologi Universitas Pajajaran, Profesor Aseng Ramlan pada awal Februari 2009. Tidak hanya Bintaro tetapi juga  Oleander Nerium atau pohon mentega. Menurut Aseng, pohon Mentega dan pohon Bintaro mengandung racun sangat berbahaya. Jika getah yang terkandung di dalamnya mengenai luka tubuh manusia dapat menyebabkan kelumpuhan.

13423388432106352261
13423388432106352261
sumber gambar disini dan disini Menghadapi laporan tersebut, Komisi C DPRD Kota Bandung memberi dua opsi untuk menangani persoalan pohon beracun yang bertebaran di Bandung yaitu menebang dan mengganti jenis pohon atau merelokasi tanaman Oleander Nerium dan Pohon Bintaro tersebut. Kabid Penghijauan Dinas Pertamanan (Distam) memilih opsi pertama walau sebelumnya berkilah kedua pohon tersebut hanya ditanam sebagai  pemanis media jalan karena termasuk tanaman kuat dalam bertahan hidup, aspek tumbuhnya cepat dan bisa bertahan di media seperti apapun. Oleander Nerium juga termasuk bandel, walau daunnya berwarna hitam bak jelaga karena terkena asap knalpot kendaraan, dia tetap berbunga. Sedangkan pohon Bintaro tetap menghasilkan bunga dan berbuah dengan warnanya  merah memikat. Menyadari pelaksanaan penebangan  tidak semudah membalikkan telapak tangan, Distam Kota Bandung berjanji akan memasang label sosialisasi bahwa kedua pohon tersebut beracun. Sayangnya hingga bulan Agustus 2011, penulis belum pernah melihat label pemberitahuan tersebut, bahkan kini tanaman Oleander Nerium banyak ditanam di depan rumah warga karena penjual tanaman hias banyak  menjajakannya. Mungkin karena mudah diperbanyak. Tanaman Bintaro dan Oleander Nerium  dapat distek  dengan tingkat keberhasilan tinggi. Sebagai tanaman obat, daun Oleander Nerium dalam dosis kecil dapat digunakan sebagai obat jantung, diuretika, antiskabies, herpes, antibakteri, antijamur, dan ekspektoran. Tetapi tetap harus digunakan dengan bijaksana karena mengandung zat kimia  bersifat toksik. Persis seperti  daun Mimba dalam tulisan Hadi Samsul. Karena itu tanaman-tanaman tersebut berkhasiat juga sebagai pestisida alami. Lydia Maudy A. Abast dari Roemah Boenga menambahkan bahwa buah bintaro yang sudah jatuh ketanah dapat digunakan untuk mengusir tikus dengan cara menaruhnya di tempat-tempat  strategis. Halmana sudah dibuktikan keampuhannya oleh penulis yang selama ini kewalahan mengatasi datangnya tikus dari sungai kecil di samping rumah. Berbagai cara sudah dipraktekkan termasuk memasang perangkap tikus dan memancing tikus dengan sisa makanan yang diberi racun tikus. Perangkap tikus jelas tidak mempan menghadapi tikus  berukuran hampir sebesar kucing, sedangkan racun tikus membunuh setiap mahluk hidup yang melahap sisa makanan berbumbu racun tikus. Tidak hanya tikus yang mati tetapi juga kucing, ayam kate dan burung merpati. ....... Sedihnya .......... Sekarang berkat buah Bintaro, rumah penulis bebas dari tikus. Penggunaan buah Bintaro sebagai pengusir tikuspun hemat karena harga pembasmi tikus yang ampuh lumayan mahal. Asal jangan lupa, setiap selesai memegang buah bintaro kita wajib mencuci tangan dengan sabun. Biji buah bintaropun konon bisa diolah sebagai bahan bakar pengganti minyak tanah. Jadi ketika kita mengetahui bahwa buah Bintaro yang bewarna merah marun dan mempunyai banyak kegunaan ternyata mengandung racun yang mematikan, apakah kita masih mau menanamnya di depan rumah? Banyak kemungkinan bisa terjadi mengingat Bintaro akan merontokkan buahnya yang tua hingga berserakan. .....dan mengundang seorang anak kecil untuk memegangnya. [caption id="" align="aligncenter" width="443" caption="Pohon Bintaro (foto Lydia Maudy A. Abast)"]
Pohon Bintaro (foto Lydia Maudy A. Abast)
Pohon Bintaro (foto Lydia Maudy A. Abast)
[/caption]

Mohon tunggu...

Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun