Mohon tunggu...
Maria G Soemitro
Maria G Soemitro Mohon Tunggu... Administrasi - Relawan Zero Waste Cities

Kompasianer of The Year 2012; Founder #KaisaIndonesia; Member #DPKLTS ; #BJBS (Bandung Juara Bebas Sampah) http://www.maria-g-soemitro.com/

Selanjutnya

Tutup

Nature Artikel Utama

"World Environment Day 2018", Saatnya Diet Plastik Sekali Pakai

5 Juni 2018   10:13 Diperbarui: 5 Juni 2018   13:55 1135
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber: worldenvironmentday.global

"Beat Plastic Pollution" merupakan tema   "World Environment Day 2018" yang diperingati setiap tanggal 5 Juni. Pemilihan tema mengenai polutan plastik, tidak sekedar pelengkap rangkaian tema yang ditentukan PBB setiap tahunnya, namun diharapkan warga bumi berpartisipasi dalam mereduksi sampah plastik.

Semua orang nampaknya telah memahami bahwa waktu urai sampah plastik di bumi mencapai ratusan tahun. Memaksanya hancur hanya membuat plastik berubah menjadi mikroplastik, partikel yang tak terlihat oleh mata telanjang,  tanpa menyadari polutan ini masuk ke siklus hidup manusia dan berpotensi merusak ekosistem.

Sebagai tuan rumah pelaksanaan World Environment 2018, India merilis fakta mengenai plastik sebagai berikut:

  • 500 miliar lembar kantong plastik setiap tahunnya digunakan di seluruh dunia.
  • 8 juta ton plastik setiap tahun berakhir di lautan. Atau setara dengan satu truk penuh sampah/menit.
  • 50 persen komoditi  plastik merupakan produk sekali pakai.
  • 1 juta botol plastik/menit  digunakan manusia di bumi
  • 10% dari total sampah adalah plastik.

Baca juga : Mengubah Paradigma Tentang Sampah di Konferensi Internasional Zerowaste 2018

Walau begitu banyak fakta mengenai bahaya sampah plastik yang menjadi polutan di planet bumi ini, namun tak mudah menyelesaikannya. Dibutuhkan kerja sama pemerintah, pihak swasta dan masyarakat.  Salah satu negara yang menunjukkan keseriusan mengelola sampah plastik adalah India.

India merupakan negara yang  unggul dalam hal daur ulang sampah di dunia. Atas prestasinya,  pada 19 Februari 2018 silam di New Delhi, India didaulat sebagai tuan rumah global 2018 World Environment Day melalui keputusan bersama Menteri Lingkungan, Hutan dan Perubahan Iklim India, Dr. Harsh Vardhan dan Wakil Sekretaris Jenderal PBB dan Kepala Lingkungan PBB, Erik Solheim.

industri daur ulang plastik di India (sumber: indiatoday.in)
industri daur ulang plastik di India (sumber: indiatoday.in)
Selain keberhasilannya mendaur ulang sampah plastik, India juga menunjukkan keberpihakan pada usaha pengurangan sampah di hulu.  Salah satu kota di India  yang telah bergerak menuju zerowaste city (kota nol sampah)  adalah Bengalore.  Pemerintah Bengalore memberi subsidi besar-besaran untuk sarana pengkomposan karena menyadari persentase terbesar sampah adalah sampah organik

Mereka menerapkan peraturan sebagai berikut:

  • Warga wajib memilah sampahnya, sampah organik  dikompos baik di pengomposan komunal maupun skala kecil.
  • Pemerintah hanya akan mengangkut sampah anorganik yang harus disetorkan dalam keadaan bersih. Semua sampah non organik ini akan diserahkan pada pabrik daur ulang. Tidak menutup kemungkinan jika warga ingin menjual sendiri sampah daur ulang atau diberikan kepada service provider
  • Penghasil sampah kurang dari 10 kg akan diberi insentif oleh pemerintah sehingga tak perlu bayar iuran sampah. Sedangkan keluarga yang sampahmya  lebih dari 10 kg harus membayar sendiri.

Bagaimana geliat pengurangan sampah  Indonesia? Perkumpulan YPBB Bandung yang telah 25 tahun konsisten mengkampanyekan zero waste lifestyle atau perilaku nol sampah, memberi tantangan untuk mengurangi/menolak penggunaan plastik selama 7 hari.

Bisa? Sebetulnya siapapun bisa ikut berpartisipasi dan sudah familier banget.  Apa saja yang bisa dilakukan? Ini dia:

sumber:indianyouth.net
sumber:indianyouth.net
1. Menolak penggunaan kantong plastik dan memilih tas pakai ulang atau kardus. 

Sempat ada peraturan kantong plastik/keresek berbayar yang dimulai 21 Februari 2016, keresek kini digratiskan kembali di ritel modern. Penyebabnya KemenLHK yang tak jua menyelesaikan draft regulasi kantong plastik berbayar.  

Superindo menjadi salah satu ritel modern yang konsisten menerapkan kantong plastik berbayar. Ada yang menolak membayar kantong plastik dan memilih menenteng barang belanjaan ke kendaraan mereka. Banyak juga yang tidak mempersoalkan harga Rp 200/lembar.  Padahal jika mau ditilik lebih jauh, bukan masalah uangnya tapi munculnya sampah akibat produk sekali pakai ini.

sumber: instagram.com/cleanaction
sumber: instagram.com/cleanaction
2. Membawa tumbler untuk air minum. Munculnya air minum dalam kemasan memanjakan konsumen sehingga orang malas membawa tumbler, kebiasaan yang telah ada sebelum booming plastik. Akhirnya kembali pada orang per orang,  sebandingkah kemewahan cara instan dengan sampah yang dihasilkan.

sumber: instagram.com/cleanaction
sumber: instagram.com/cleanaction
3. Membawa misting/kotak makanan/lunch box  ketika membeli masakan matang. Membawa rantang sendiri merupakan kebiasaan yang diturunkan orang tua yang tergeser gaya hidup serba praktis.  Namun sebandingkah sampah yang dihasilkan serta kemungkinan racun dibalik pembungkus makanan dengan kenyamanan gaya hidup instan?

sedotan (sumber: instgram.com/oktian-aan)
sedotan (sumber: instgram.com/oktian-aan)
4. Menolak sedotan plastik dan menggantinya dengan sedotan yang bermaterial alumunium atau kaca sehingga bisa dicuci dan dipakai ulang.

sendok garpu dari kayu (sumber: instagram.com/eataplatelb
sendok garpu dari kayu (sumber: instagram.com/eataplatelb
5. Menolak sendok/garpu sekali pakai. Jika membutuhkannya ketika bepergian bisa mengganti dengan material kayu/alumunium yang bisa digunakan ulang.

sumber: agrowindo.com
sumber: agrowindo.com
6. Memilih wadah yang bisa digunakan ulang ketika berbelanja. Ketika memilih kebutuhan primer maupun sekunder, sebetulnya kita bisa memilih produk minim sampah. 

Contoh mudah adalah permen tanpa pembungkus yang dijual dalam toples. Atau memilih selai dalam botol kaca yang bisa digunakan untuk berbagai keperluan ketika isinya habis.

sunber: instagram.com/lifewithoutplastic
sunber: instagram.com/lifewithoutplastic
7. Membawa wadah sendiri ketika berbelanja produk curah.  Sewaktu berbelanja di pasar tradisional maupun ritel modern, sebetulnya kita bisa mengurangi munculnya sampah plastik dengan membawa wadah sendiri. Usai ditimbang, barang belanjaan dimasukkan ke dalam wadah yang kita bawa.

Para pecinta lingkungan juga tidak menyarankan penggunaan kantong plastik/keresek yang dikatakan mudah terurai. Keresek yang diklaim ecoplastic ini mendapat tambahan zat aditif agar menjadi pecahan kecil (mikroplastik) dalam jangka waktu tertentu. Atau dengan kata lain berubah menjadi polutan yang tak kasat mata. 

Karena itu lebih baik memakai keresek atau plastik biasa yang bisa digunakan ulang. "Bagaimana jika kotor?" ya cuci saja seperti gambar di bawah ini.

menjemur plastik bekas di YPBB (dok. Maria G Soemitro)
menjemur plastik bekas di YPBB (dok. Maria G Soemitro)
Bagaimana? Gaya hidup mengurangi sampah plastik ternyata mudah dilakukan bukan? Yang penting niat dan ketulusan karena tidak ingin mewarisi sampah plastik di bumi. Juga tidak ikhlas jika pada tahun 2050 kelak, jumlah sampah plastik di lautan melebihi jumlah biota laut.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun