Saya tidak mempunyai data kenaikan kesejahteraan anggota koperasi. Hanya bisa menilai dari perubahan gaya hidup sesuai teori Maslow. Ketika kebutuhan utama berupa sembako terpenuhi, maka manusia akan mulai memperhatikan sandangnya. Perubahan ini terlihat cukup menyolok pada komunitas koperasi bank sampah Motekar. Karena anggota koperasi memiliki simpanan yang cukup lumayan, kini mereka mampu membeli baju baru dan smartphone.
Semula smartphone digunakan sekedar untuk hiburan seperti selfie, namun pelatihan bahwa ada banyak manfaat yang bisa diperoleh melalui peralatan digital, rupanya menunjukkan hasil. Pengurus menggunakan media sosial untuk membagikan foto-foto kegiatan koperasi, bank sampah, pemberian makanan sehat hingga pemasaran produk kuliner mereka. Narasinya masih sangat sederhana dan hasil foto belum sebagus karya fotografer profesional, masih membutuhkan jam terbang dan masih harus terus menerus berlatih.
Tapi tetap merupakan kemajuan yang sangat berarti. Saya tidak lagi harus berlari-lari ke komunitas hanya sekedar membuat dokumentasi. Walaupun pernah juga “kecolongan” yaitu ketika Ridwan Kamil, tiba-tiba muncul. Begitu gemetarnya mereka hingga tak ada satupun foto yang membuktikan orang nomor satu di Kota Bandung itu pernah datang dan makan bareng warga miskin di RW 02, tempat koperasi bank sampah Motekar berdomisili.
Mereka hanya bisa melapor bahwa Pak Emil, nama panggilan Ridwan Kamil, melakukan inspeksi mendadak untuk mengetahui keberadaan koperasi bank sampah Motekar dan menunjuk daerah mereka sebagai RW Percontohan. Sayangnya tanpa bukti foto bisa dianggap hoax. Dan saya hanya bisa berandai-andai pengurus semakin lihai menggunakan smartphone, mampu membiayai pulsa internet yang masih mahal untuk ukuran mereka dan mahir membuat vlog, video kekinian berdurasi pendek yang bisa menyebarkan berita/pengetahuan dengan mudah.