Mohon tunggu...
Maria G Soemitro
Maria G Soemitro Mohon Tunggu... Administrasi - Relawan Zero Waste Cities

Kompasianer of The Year 2012; Founder #KaisaIndonesia; Member #DPKLTS ; #BJBS (Bandung Juara Bebas Sampah) http://www.maria-g-soemitro.com/

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Dunia Yang Terenggut

20 September 2012   01:26 Diperbarui: 25 Juni 2015   00:12 804
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="attachment_213400" align="aligncenter" width="512" caption="dok. Dewi Laily Purnamasari"][/caption] "Keceriaan anak-anak mewarnai dunia ... seumpama warna-warni balon yang bebas terbang menembus langit untuk meraih cita-cita, alangkah eloknya bila kegembiraan anak-anak inipun dirasakan anak-anak jalanan dengan berbagi kasih sayang dan kepeduliaan"

Ketika melihat keceriaan anak-anak, apa yang terlintas di pikiran kita? Mungkin, bukankah seharusnya anak-anak hidup bahagia? Tertawa lepas, bernyanyi, bermain dan berlari kesana-kemari seolah tak mengenal lelah.

Anak-anak bagaikan kertas polos yang melihat dunia penuh dengan warna, tidak sekedar hitam putih. Mereka selalu ingin tahu, selalu bergerak, selalu berpetualang  dan mencoba hal baru hingga orang tua menyekatnya dengan kata: “Jangan!”

[caption id="attachment_213407" align="aligncenter" width="490" caption="eksploitasi rasa kasihan (dok. Maria Hardayanto)"]

1348098939265107939
1348098939265107939
[/caption]

Tetapi sayang tidak semua anak beruntung. Banyak anak yang terenggut dari dunia mereka. Di usia bermain mereka harus mengemis, mengamen, menjadi pedagang asongan atau menjadi pemulung. Kehidupan mereka sangat rentan, mulai dari pelecehan, pemerkosaan dan terjerumus menjadi pengguna NAPZA ((narkotika, psikotropika, dan zat adiktif lainnya).

[caption id="attachment_213421" align="aligncenter" width="440" caption="pedagang asongan cilik (dok. Maria Hardayanto)"]

13481040231695921287
13481040231695921287
[/caption]

Berapakah jumlahnya? Menteri  Sosial, Salim Segaf Al Jufri mengatakan, jumlah anak telantar di seluruh Indonesia mencapai sekitar 4,5 juta anak dan tersebar di berbagai daerah. Anehnya data Kementerian sosial hanya menyebutkan angka dua ratus tiga puluh ribu (230.000) anak jalanan di Indonesia. Masalah bertambah pelik karena banyak pejabat daerah setingkat camat dan lurah yang tidak menyadari keberadaan anak-anak tersebut di daerahnya.

[caption id="attachment_213408" align="aligncenter" width="446" caption="area Bdg Berkebun, tempat anak-anak ngelem di atas pohon  (dok. Maria Hardayanto)"]

13480990781213962997
13480990781213962997
[/caption]

Padahal merekalah generasi pewaris negara ini. Sumbangsih apa yang bisa diharapkan apabila semenjak kecil sudah teradiksi NAPZA? Berikut beberapa dampak negatif pengguna NAPZA :

  • Gangguan pada sistem saraf (neorologis) : kejang-kejang, halusinasi, gangguan kesadaran, kerusakan saraf tepi.
  • Gangguan pada jantung dan pembuluh darah (kardiovaskuler) : infeksi akut otot jantung, gangguan peredaran darah.Gangguan pada kulit (dermatologis) : penanahan, bekas suntikan dan alergi.
  • Gangguan pada paru-paru (pulmoner) : penekanan fungsi pernapasan, kesukaran bernafas, pembesaran jaringan paru-paru, pengumpulan benda asing yang terhirup.
  • Dapat terinfeksi virus HIV dan AIDS.

[caption id="attachment_213409" align="aligncenter" width="307" caption="berlatih untuk ngamen di jalanan (dok. Maria Hardayanto)"]

1348099266275711852
1348099266275711852
[/caption]

Menghadapi kompleksitas masalah anak terlantar, Mensos Salim Segaf Al Jufri mengeluh minimnya anggaran yaitu sebesar Rp 281 milyar pertahun. “Hanya cukup untuk mengatasi kurang lebih 175 ribu anak”, ujar pak Mensos.

[caption id="attachment_213406" align="aligncenter" width="365" caption="mengemis di angkutan umum (dok. Maria Hardayanto)"]

134809882667933244
134809882667933244
[/caption]

Jadi apakah kita hanya bisa ikut mengeluh bersama pak Mensos? Kami, mewakili para ibu sependapat bahwa ada banyak cara bijak daripada sekedar memberi uang pada anak terlantar karena hanya akan menjerumuskan mereka ke dalam jurang yang lebih kelam. Beberapa cara itu antara lain:

  • Memberikan donasi (uang , baju bekas layak pakai) pada komunitas peduli anak terlantar, karena komunitas tersebut mengetahui kebutuhan anak-anak gelandangan dan pengemis (gembel), pemberian uang langsung pada anak yang bersangkutan hanya akan dipergunakan untuk membeli lem atau produk yang mengandung zat aditif lainnya.
  • Membentuk  kelompok peduli anak terlantar atau ikut bergabung dengan kelompok yang sudah ada seperti Rumah Cemara (Bandung) dan Save Street Child (ada di setiap kota). Kelompok/ komunitas ini sangat fleksibel sehingga sukarelawan bisa memilih hari berkegiatan. Mereka juga sangat mengerti kebutuhan anak terlantar yang biasanya sudah terlanjur malas belajar. Sering anak-anak tersebut hanya mengharapkan kenyamanan dan merasa senang didengar. Sesederhana itu.
  • Sibuk? Tidak punya waktu? Bagaimana sebagai pengganti uang sedekah kita memberi nasi dan lauknya? Apabila terlalu mahal, berikan saja air mineral dan makanan kecil.
  • Apabila memungkinan, beri mereka buku gambar untuk diwarnai dan pensil warnanya. Tidak harus baru. Bekas anak/keponakanpun jadilah. Mungkin anak-anak tersebut hanya akan memandangi gambar-gambar yang ada, kemudian melupakannya. Tetapi kita telah memberi mereka kesempatan melihat dunia lain selain dunia jalanan.

Jika anak-anak terlantar mendapat kesempatan memilih, pastilah mereka tidak menghendaki hidup beratapkan langit sepanjang harinya. Merekapun ingin mempunyai keluarga yang menyayangi dan disayanginya. Mereka ingin sandang pangan tercukupi, pendidikan, kesehatan dan jauh dari berbagai ancaman.

Jadi mengapa kita tidak mencoba memberikan salah satunya?

Berikut ini foto anak-anak dimana mereka seharusnya berada dan kebahagiaan yang seharusnya mereka rasakan.

[caption id="attachment_213397" align="aligncenter" width="461" caption="dok. Dewi Laily Purnamasari"]

13480979661994548944
13480979661994548944
[/caption] Buku jendela dunia ... anak-anak kini adalah pemimpin di masa depan : bekali ilmu, pengetahuan, dan keterampilan sesuai jamannya, sungguh indah bila anak-anak yang beruntung ini dapat berbagi buku dengan anak-anak yang kurang beruntung. [caption id="attachment_213403" align="aligncenter" width="492" caption="dok. Dewi Laily Purnamasari"]
13480984731075045017
13480984731075045017
[/caption]

Tumbuh kembang secara fisik di dapat anak-anak dari makanan sehat ... yuk! ajak anak-anak untuk melihat sekitar, di sudut jalan, di persimpangan lampu merah, di kolong jembatan, di bantaran sungai, di gubuk tanpa jendela masih ada anak-anak lain yang tak bisa makan bahkan kelaparan, sisihkan sedikit saja uang jajan kalian akan membuat mereka menghadiahkan ucapan terimakasih dan seulas senyuman ^_^

[caption id="attachment_213402" align="aligncenter" width="509" caption="dok. Dewi Laily Purnamasari"]

13480983081977480103
13480983081977480103
[/caption] Dunia anak-anak adalah dunia penuh petualangan ... aktifitas anak-anak terarah untuk perkembangan seluruh kecerdasan mereka dalam bingkai bahagia : namun tak semua anak-anak berada dalam lingkungan yang layak, mari bergandeng tangan -sebagai apapun kita- untuk berusaha memberikan secercah harapan pada mereka.
13481070491504082888
13481070491504082888
senyum manis setiap anak adalah bahagia kita ...dok. Dewi Laily Purnamasari (sumber foto : aktifitas kindi dan teman-temannya di tk islam mambaul'ula jakarta)

Hasil kolaborasi @Dewi Laily Purnamasari dan @Maria Hardayanto

Untuk memeriahkan Weekly Photo Challenge : Foto Kolaborasi

Sumber data :

Kompas.com

Republika online

BNNP

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun