Mohon tunggu...
Maria Fillieta Kusumantara
Maria Fillieta Kusumantara Mohon Tunggu... Administrasi - S1 Akuntansi Atma Jaya

Music Addict. Writer. Content creator

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Tragedi Itaewon: Kala Sains Berbicara

4 November 2022   21:20 Diperbarui: 4 November 2022   21:50 178
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber : https://news.detik.com/foto-news/d-6378798/bunga-dan-air-mata-untuk-korban-tragedi-itaewon/

Gemerlap kota Itaewon seakan runtuh dalam semalam berganti raungan sirine ambulans dan kepolisian tiada henti. Pesta Halloween yang seharusnya menyenangkan berujung duka. Tercatat 156 orang tewas dan puluhan lainnya terluka dalam tragedi yang terjadi di dekat Hotel Hamilton itu. 

Meski penyebab pastinya masih diselidiki, salah seorang korban selamat asal Indonesia bercerita sedikit tentang kronologi kejadian pilu tersebut. Menurutnya, ada orang terjatuh dari bagian atas jalanan itu dan menimpa kerumunan orang dibawahnya atau akrab diistilahkan dengan 'Domino Effect'. 

Dalam kacamata saya, melihat kondisi jalan yang sempit dengan kemiringan 10 derajat apalagi ditambah dengan padatnya kerumunan, meningkatkan potensi terjadinya tragedi. Karena dalam kondisi jalan yang miring, kita butuh energi ekstra mempertahankan keseimbangan tubuh tegak lurus tanpa terjatuh.

Bisa dibayangkan betapa sulitnya hal itu dilakukan di tengah padatnya kerumunan? Idealnya di jalanan sempit seperti itu, jangan sampai ada kerumunan orang, karena setidaknya kita membutuhkan jarak minimal satu meter antar satu orang dan orang lain untuk memberi ruang bagi tubuh agar bisa menyeimbangkan diri. 

Jika tidak, peluang orang terjatuh karena tidak ada cukup ruang dan juga tergelincir sangat besar. Saya melihat juga banyak orang berinisiatif melakukan tindakan CPR meski belum tentu mereka menyandang sertifikasi. Saya pikir masyarakat Korea memiliki kesigapan yang luar biasa dalam pertolongan pertama. 

Di Indonesia masih jarang orang yang mengerti benar cara melakukan CPR bahkan berinisiatif melakukannya saat tragedi hampir serupa terjadi. Seingat saya materi CPR dalam kelas P3K atau pramuka seakan luput dari perhatian pendidik. 

Semasa saya mengikuti pramuka, kelas P3K hanya diajari teknik membalut luka, membuat tandu, menandu orang dan memberikan alkohol pada bagian tubuh yang luka saja, tidak pernah diajarkan mengenai CPR. 

Saya paham mungkin sumber dayanya cukup terbatas, tapi berkaca pada tragedi Itaewon kemarin, saya sadar betapa materi CPR ini sangat penting diketahui masyarakat karena mungkin saja kejadian itu bisa terjadi di Indonesia dan CPR adalah dewa penyelamat pertama sebelum jatuh lebih banyak korban.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun