Mohon tunggu...
Maria Fillieta Kusumantara
Maria Fillieta Kusumantara Mohon Tunggu... Administrasi - S1 Akuntansi Atma Jaya

Music Addict. Writer. Content creator

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

"Next to You in Merapi Sari"

25 Oktober 2017   16:09 Diperbarui: 26 Oktober 2017   03:31 754
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
dokumentasi pribadi

Have you heard Miley Cyrus' latest song, Malibu?You also know the meaning of this song, ain't it? Yes, approximately this is what I felt when I was in Merapi Sari, Salatiga, Central Java during a live in event some times ago. Got me feelin' like in heaven.

The sun still smiling shyly dan udara sangat dingin ketika pertama kali menginjakkan kaki di desa ini. Namun hal ini tak menyurutkan semangat untuk menjelajah desa yang terletak di kaki Gunung Merapi ini. Walaupun jauh dari kota, bisa dikatakan desa ini adalah desa yang paling enak dibandingkan dengan desa-desa lainnya. Cause, fasilitasnya sudah lengkap seperti di kota. Kamu pun dapat dengan mudah menemukan pasar, warung, klinik, tempat ibadah, sekolah bahkan salon kecantikan. Soal transportasi, tidak usah khawatir karena ada semacam angkutan umum yang berupa minibus yang bisa digunakan untuk pergi ke beberapa tempat dengan tarif sangat murah, yakni Rp 1.000,00 saja.

Then, let's talk about the life of villagers. Kalau kamu berpikir kehidupan penduduk desa itu miskin-miskin, buanglah jauh-jauh karena faktanya, banyak juga warga desa ini yang kaya raya. Umumnya, mereka yang kaya raya ditandai dengan pekerjaannya sebagai pedagang atau pemilik usaha kecil dengan rumah yang berukuran besar atau bertingkat, sudah dicat, berpagar, berubin, memiliki banyak ornamen-ornamen unik dan mahal sebagai hiasan rumah serta memiliki mobil. Ini sudah barang tentu berbeda dengan definisi orang kaya raya di Jakarta. Bahkan, beberapa hal yang disebutkan barusan sudah acap kali dimiliki oleh sebagian besar warga Jakarta walaupun kehidupannya bisa dibilang tidak terlalu kaya.

Di samping itu, banyak penduduk yang juga merupakan petani ladang kering seperti cabai, tomat, jagung dan berbagai sayuran lainnya serta beternak unggas seperti ayam, angsa, bebek dan entok. Sebagian besar hasil ladang dan ternak mereka selain untuk dikonsumsi pribadi, mereka juga memasok untuk kota-kota besar. 

Untuk konsumsi pribadi, mereka biasanya memasak menggunakan kayu bakar dan tungku. Tapi jangan salah, walaupun mereka tidak menggunakan kompor gas untuk memasak, rasa makanan yang dimasak sangat enak dan berbeda dengan masakan dengan kompor gas seperti yang biasa kita makan. Sedangkan untuk air yang digunakan untuk memasak, mencuci, kakus dan mandi mereka masih mengandalkan sumur timba dan menurut penuturan induk semang di kala musim kemarau seperti saat kedatanganku di desa ini banyak sumur mengalami kekeringan dan ini tentu saja mempengaruhi hasil ladang dan kehidupan sehari-hari mereka.

Satu yang tak boleh terlewatkan adalah berselfieorwefie dengan latar belakang Gunung Merapi, ladang, peternakan dan rumah penduduk yang very gorgeous. Tapi perlu dicatat dan dipertimbangkan, jika ingin berselfie or wefiesebaiknya memilih waktu di pagi hari sebelum pukul 8 pagi atau di sore hari sebelum maghrib saat langit cerah. Why? Soalnya di waktu-waktu ini belum banyak penduduk beraktifitas, guys. Dan jangan lupa untuk izin terlebih dahulu kepada sang empunya sebelum mulai mengabadikan ladang, peternakan dan rumah penduduk melalui handphone atau kamera. Ok? Are you ready for it?

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun