Mohon tunggu...
Maria Da Costa
Maria Da Costa Mohon Tunggu... Freelancer - Mahasiswa Ilmu Komunikasi Universitas Atma Jaya Yogyakarta

Just be yourself

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Instagram untuk Mengisi Keseharian Kita

6 Maret 2021   14:08 Diperbarui: 6 Maret 2021   14:15 155
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kata Instagram mungkin sudah tidak asing lagi bagi kita semua. Media sosial yang satu ini sudah banyak diunduh dan dimainkan oleh masyarakat Indonesia. 

Instagram merupakan suatu produk yang digemari oleh kebanyakan orang. Instagram ini memiliki hubungan dengan salah satu elemen sirkuit budaya (circuit of culture) yaitu konsumsi. 

Lantas apa hubunganya? Sebelum menjelaskan hubungannya, terlebih dahulu kita pahami masing-masing pengertiannya.

Instagram adalah aplikasi yang diproduksi sebuah perusahaan bernama Burbn, Inc. yang berdiri pada 6 Oktober 2010. Instagram adalah sebuah aplikasi yang digunakan untuk berbagi foto dan video serta memungkinkan pengguna untuk mengambil foto dan video melalui fitur-fitur yang tersedia. Instagram berasal dari kata ‘instan’ dan ‘telegram’. Kata ‘instan’ artinya seperti polaroid, di mana dapat menampilkan foto secara cepat. Sedangkan, kata ‘telegram’ artinya alat yang dapat mengirimkan berbagai informasi dengan cepat kepada publik. Sehingga jika disimpulkan, instagram merupakan aplikasi yang dapat mengunggah foto dan video dengan koneksi internet, sehingga dapat tersampaikan dan diterima dengan cepat (Sendari, 2019). 

Saat ini Instagram memiliki banyak fitur-fitur yang membuat menarik para pengguna atau konsumen untuk menjadi lebih sering lagi bermain Instagram. Awalnya, kita sebagai pengguna Instagram hanya dapat mengunggah foto atau video pada feeds, sekarang kita dapat mengunggahnya dalam fitur Instagram story atau Instagram TV (IGTV). Peningkatan fitur-fitur Instagram yang semakin canggih, membuat kita semua menjadi semakin tertarik dalam memainkannya. Hal ini dibuktikan dari pengguna Instagram yang mencapai 800 juta pengguna pada tahun 2017 (Sendari, 2019). Hal ini menunjukkan bahwa pengguna Instagram sangat besar dan salah satu faktor yang mempengaruhi adalah banyaknya fitur baru yang muncul. Lalu apa hubungannya dengan elemen konsumsi pada circuit of culture?

Konsep sirkuit budaya atau dikenal dengan circuit of culture adalah proses kultural yang terdiri dari lima elemen yaitu, representasi, produksi, konsumsi, identitas, dan regulasi.  Elemen yang akan kita bahas adalah konsumsi. Konsumsi merupakan kegiatan menggunakan produk atau bisa dibilang akhir dari proses produksi. Dalam Junifer (2016), dikatakan sesuatu disebut produk jika telah dikonsumsi. Konsumen dapat dimaknai sebagai penerima makna atau pemberi makna.

Setelah mengetahui pengertiannya masing-masing, saya akan menjelaskan hubungan antara Instagram dan elemen konsumsi dalam circuit of culture. Instagram merupakan produk budaya di fase digital. Seperti yang kita tahu, bahwa fase digital ditandai dengan hadirnya media sosial yang diakses melalui internet. Saat ini, banyak sekali orang yang menggunakan Instagram yang bisa kita sebut dengan konsumen. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, konsumen Instagram pada tahun 2017 mencapai 800 juta orang. Orang-orang menggunakan Instagram untuk membagikan foto dan video, membuat status (story), mengedit foto, dan sebagainya. Artinya, para pengguna Instagram ingin membagikan cerita tentang kehidupannya. Tidak hanya itu, di Instagram, orang-orang juga dapat memberi balasan berupa kritikan, pujian, atau hanya dengan menekan tombol like. Instagram dikonsumsi oleh masyarakat untuk saling berkomunikasi, bertukar pikiran dan pendapat, serta berinteraksi secara virtual dengan (IG Live). Tidak hanya untuk menceritakan kehidupan seseorang, Instagram juga digunakan orang-orang sebagai media untuk berbisnis, seperti untuk berjualan. Sehingga, dapat saya simpulkan orang-orang memakai Instagram untuk update atau mencari dan menerima informasi baru tentang orang lain.

Dengan fitur-fitur yang semakin canggih di Instagram, sebagian orang menjadi kecanduan dan dapat mengakibatkan kurangnya sosialiasi individu dengan orang lain. Hal ini dapat membuat orang-orang kesehariannya dengan bermain Instagram. Artinya setiap hari, beberapa di antara kita selalu update di Instagram. Meskipun demikian, Instagram juga memberikan makna kepada para konsumen yaitu melalui fitur-fitur yang bisa digunakan untuk berbisnis atau berjualan. Oleh karena itu, kita semua perlu bijak dalam memainkan media Instagram.

DAFTAR PUSTAKA

Junifer, C. (2016). Bright Spot Market sebagai Representasi Identitas “Cool” Kaum Muda di Jakarta. Jurnal Sosiologi, 21(1).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun