Mohon tunggu...
Maria Ayu
Maria Ayu Mohon Tunggu... Seniman - Seniman

Everything is art Email : ayudivayulita@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Ternyata Ini 5 Kekhasan Multimedia

27 Februari 2021   18:00 Diperbarui: 27 Februari 2021   18:06 271
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Gambar dari www.pixabay.com

Baik, saya akan merangkum materi tugas kuliah. Harapannya, semoga berkat tugas ini, saya dapat melemaskan jari-jari yang masih meringkuk canggung untuk mulai mengetik kembali. Selain itu juga, dapat bertukar pengetahuan dengan para pembaca artikel ini. Mengingat pokok dari multimedia, bersyukurlah kita disediakan ruang interaktif untuk berbagi. Manfaatkanlah dengan sungguh baik ruang ini ya!

Kali ini, pengetahuan yang akan saya sampaikan masih seputar tentang multimedia, tenang saja tentunya tidak membahas lagi definisi dan elemen dari multimedia. Namun, kita akan mengetahui apa itu perbedaan dari proses dan konsumsi media.

Karakteristik media sudah beralih disesuaikan kondisi perkembangan zaman. Lalu, kita juga akan membahas apa saja kira-kira resiko dan konsekuensi dari perubahan media bagi para pekerja, terutama jurnalis.

Nah, saya telah membaca "Redefining Multimedia Journalism" oleh Mindy Mc Adams. Saya menggarisbawahi penegasan ulang bahwa belum ditemukannya kesepakatan apa arti dari multimedia sendiri. Multimedia lebih menekankan pada konsep produksi dimana teknik story telling yang diberikan merupakan sebuah terobosan inovasi yang segar.

Sebenarnya, untuk permasalahan multimedia sendiri, saya rasa pekerjanya juga membutuhkan waktu untuk beradaptasi menyesuaikan sistem kerja yang ditawarkan atas perkembangan media tersebut. Yang semula manual menjadi digital dibalut dengan konsep multimedia. Maka, diperlukan kemampuan-kemampuan yang terus diasah oleh pekerja produksi sesuai kualifikasi multimedia.

Penggunaan istilah multimedia sendiri masih menjadi polemik bagi para jurnalis untuk digunakan atau tidak. Dalam memproduksi konten berkonsep multimedia, perlunya para jurnalis untuk menyetel ulang pola pikirnya. Hal ini berkaitan langsung dengan kemahiran atau kemampuan seseorang dalam menggunakan berbagai piranti baru yang hadir mewarnai konsep multimedia.

Hal ini tentunya, membuat para jurnalis tidak berhenti untuk melalukan berbagai percobaan guna menemukan inovasi-inovasi baru dari penggunaan piranti digital. Ini memicu terjadinya perkembangan juga dalam konsep menyampaikan cerita atau kemampuan jurnalis melakukan story telling.

Adanya perbedaan dan perubahan dari cara menyampaikan cerita tentunya diharapkan konsep multimedia dapat dioptimalkan dan menghasilkan konten yang ciamik. Multimedia story telling menyuguhkan suatu hal berbeda, dimana prinsip dari masing-masing format bersifat saling melengkapi satu sama lain.

  1. Pertama, karena saling terhubung satu sama lain antar formatnya, larangan untuk jangan melakukan pengulangan informasi yang disajikan bersifat multak dan wajib dilakukan, dihayati, tidak boleh terlewati. Hal ini, tentunya bertujuan baik, yakni mencegah kebosanan pemirsa dalam membaca sebuah informasi.
  2. Kedua, yang dipegang untuk ditaati adalah bisa memposisikan diri. Mengapa? Dilarang pilih kasih. Semua sama bagi rata tidak ada salah satu format yang diutamakan. Bagilah kapasitas informasi sesuai porsinya. Sebagai pengelola konten multimedia, harus pintar-pintar menyaring dan membagikan informasi yang tertuang di teks, gambar, video, dan sebagainya secara rata dan tentunya berbeda. Tujuannya agar ada sifat dari terintegrasi serta melengkapi. Di sinilah titik untuk menemukan pola pikir dan konsistensi dari orang yang bertanggung jawab menghasilkan konten multimedia.
  3. Ketiga, angkatlah prinsip sederhana dalam menyajikan sebuah berita berkonsep multimedia. Jangan terlalu muluk-muluk dan dipaksakan karena akan membuat lengah bagi pemirsanya. Terutama dalam bentuk narasi ceritanya. Pemirsa jangan dijejali terlalu banyak kata dalam teks. Untuk meminimalisir berkurangnya keinginan untuk menyimak informasi yang diberikan. Nah, sehingga pemirsa dapat bertahan menyimak berbagai konten yang diproduksi secara menyeluruh.
  4. Keempat, tak bisa dihindari, bahwa elemen foto gambar ataupun video terutama sangat berpengaruh untuk menarik pemirsa dalam menyimak sajian berita kita. Berilah visualisasi yang indah untuk memanjakan mereka sehingga tidak merasa bosan juga. Dari elemen video itulah, dapat memberikan nilai atau menyampaikan pesan untuk pemirsa. Nantinya, diharapkan dapat membubuhkan kesadaran, apalagi melakukan aksi konkrit dari apa yang disajikan. Visualisasi dapat menyihir pemirsanya.
  5. Kelima, sifatnya yang bercabang tidak selalu berjalan secara lurus kedepan. Mengapa? Saya menangkap ada keleluasaan pemirsa untuk menentukan atau memilih format media yang harus ditonton. Sehingga biasanya berbagai navigasi untuk terhubung ke laman selanjutnya disediakan. Terbukanya fleksibiltas pemirsa untuk menyimak sajian berita yang ditampilkan, konsep multimedia disuguhkan dengan fitur-fitur seperti video bisa diberhentikan, gambar bisa dibesarkan atau dikecilkan, dan sebagainya. Hal ini, termasuk media menyediakan konten yang interaktif untuk pemirsanya.

Nah, itu tadi untuk memperjelas konsep dari multimedia ditilik dari kemasan story telling. Saya memahaminya, bahwa gaya dari story telling multimedia berbeda. Ini sesuai dengan karakteristik media baru. Kemudian, menyesuaikan kebutuhan atau konsumsi pemirsa di zaman yang sudah mulai berubah ini. Apakah ada tanggapan?

Semoga bermanfaat!

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun