Mohon tunggu...
Maria Aufrida Ardhieawati
Maria Aufrida Ardhieawati Mohon Tunggu... Lainnya - Halo!

Sedang mondar-mandir di depan laptop dan menikmati hari dengan membaca buku

Selanjutnya

Tutup

Film

"Wedding Film" Genre Tersembunyi di Balik 7/24 (2014)

16 September 2020   14:51 Diperbarui: 16 September 2020   15:30 268
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber : https://www.tabloidbintang.com/film-tv-musik/ulasan/read/15653/7-hari24-jam--bercanda-sepuasnya-merenung-sedalamnya

Konflik yang bermunculan seperti perasaan cemburu Tania terhadap rekan kerja dari Tyo yang menjenguk di rumah sakit, kekhawatiran keduanya jika salah satu dari mereka penyakitnya tambah parah, kemarahan Tyo yang melihat istrinya masih saja bekerja ketika dirawat inap, dan kemarahan Tania karena Tyo, suaminya tidak sengaja merusak teleconference yang sudah Tania persiapkan dengan tingkah laku suaminya itu.

Plot cerita yang sederhana dengan latar tempat kamar pasien bisa menunjukkan bahwa kehidupan pernikahan tidak hanya melulu tentang cerita-cerita romansa yang indah.

Sebenarnya film tentang pernikahan dapat menyoroti banyak hal, salah satunya dengan menampilkan lika liku dari kehidupan sepasang suami istri.

Hal ini bisa menggeser padangan kamu tentang kehidupan pernikahan yang tidak seindah di dongeng-dongeng yang pernah kamu baca atau dengar.

"No film is value-free, there are questions or ideology and culture ask." (Costanzo, 2014, h.129)

Film 7/24 (2014) secara tidak langsung menyiratkan budaya orang-orang metropolitan yang dalam kehidupannya dipenuhi tentang kerja, kerja, dan kerja. Budaya masyarakat metropolitan ini kemudian diadopsi dalam sebuah kehidupan pernikahan.

Tania dan Tyo sebagai karakter yang mewakilkan masyarakat metropolitan terpaksa harus "berhenti" bekerja karena sakit menjadi suatu momentum sebenarnya.

Keadaan Tania dan Tyo yang mengharuskan mereka "istirahat total" dari pekerjaan masing-masing, menjadi tamparan keras bagi masyarakat metropolitan yang gila kerja.

sumber : https://go-tix.id/blogs/5-film-dian-sastro-era-2000-an-yang-cocok-temani-kamu-di-rumah/index.html
sumber : https://go-tix.id/blogs/5-film-dian-sastro-era-2000-an-yang-cocok-temani-kamu-di-rumah/index.html

Masyarakat metropolitan yang biasa dikenal dengan kesibukannya, orientasinya pada pekerjaan, seringkali mengesampingkan kebiasaan sederhana seperti sarapan, makan siang, menjaga kesehatan, bahkan seperti mengobrol dengan keluarga di rumah.

Sehingga film 7/24 ingin menunjukkan seperti apa kehidupan pernikahan di tengah-tengah masyarakat metropolitan yang disibukkan oleh pekerjaan dari masing-masing individu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun