Mohon tunggu...
Antartika
Antartika Mohon Tunggu... Lainnya - Siswa

Antartika (Wanita Pintar dan Beretika) SMAK Stella Maris Surabaya

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Perihal Menerima dan Mengikhlaskan

25 November 2020   15:05 Diperbarui: 25 November 2020   15:09 446
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

     Semua orang tentu pernah memiliki pengalaman masa lalu yang indah dan juga menyedihkan. Salah satu contoh pengalaman menyedihkan itu adalah dikhianati dan ditinggalkan. Peristiwa tersebut tentu membuat hati kita kecewa dan timbul rasa benci pada seseorang dan kenangannya. Tidak semua orang dapat menerima kenangan dari pengalaman pahit yang telah dilalui, apalagi kenangan pahit tersebut bersangkutan dengan seseorang yang dicintai. 

     Namun kita diharuskan untuk mengikhlaskan semua kenangan dan pengalaman pahit yang kita rasakan. Mengapa? Karena jika kita terus menerus memikirkan kenangan yang pahit,kenangan tentang hal yang membuat hati kita sakit dan kecewa tentu akan merugikan diri kita sendiri. Cobalah untuk mengikhlaskan semua kenangan pahit yang pernah terjadi di hidup kita, niscaya hati kita akan merasa jauh lebih tenang. Kesedihan yang kita rasakan karena kenangan pahit tersebut akan hilang perlahan jika kita mau menerima dan mengikhlaskan. Dan tentu saja kita jadi bisa membuka lembaran hidup yang baru. 

     Apa sih mengikhlaskan itu? 

Dalam KBBI "mengikhlaskan" berarti memberikan atau menyerahkan dengan tulus hati dan merelakan. Sama halnya dengan arti "menerima" menurut KBBI adalah mendapat atau menderita sesuatu. Ketika saya membaca novel "Hujan" karya Tere Liye, saya mendapat banyak pelajaran hidup. Salah satunya adalah perihal menerima dan mengikhlaskan. 

     Semua itu bukan tentang melupakan, tetapi bagaimana kita diajak untuk menerima semua kenangan yang kita miliki. Baik kenangan indah maupun kenangan pahit, kita perlu menerimanya. Karena dengan kita menerima,berari kita bisa melupakan dan mengikhlaskan sesuatu yang bukan untuk kita. Dengan begitu, hidup kita akan jauh lebih bahagia. 

     Dalam novel Hujan, tokoh yang sangat berkesan menurut saya adalah Lail. Lail adalah sosok yang kuat dan mau mencoba menerima semua kenangan pahit yang telah dilaluimya. Mulai dari kehilangan ayah ibunya, kehilangan rumahnya, lalu disusul dengan kehilangan Esok yang merupakan segala-galanya bagi Lail saat itu. Lail tidak menyalahkan keadaan,justru ia berusaha menerima kenangan itu dan mengubahnya menjadi kenangan yang idnah. 

Mungkin banyak yang bilang

 "Tapi aku susah untuk menerima keadaan"

 "Aku gak mau kehilangan orang yang aku cintai"

 "Aku sudah terlanjur kecewa" 

Tetapi, ingatlah bahwa "Merelakan segala yang hilang dan pergi berarti membuka pintu bagi yang lebih baik dan baru, dunia aliran ujian jangan berhenti memaknainya" - Sallim A. Fillah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun