Mohon tunggu...
Marhento Wintolo
Marhento Wintolo Mohon Tunggu... Arsitek - Pensiunan Dosen

Ayurveda Hypnotherapist

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Bagaimana Cara Agar Tidak Berpikir?

30 Juli 2024   06:30 Diperbarui: 30 Juli 2024   06:54 93
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar : https://yourbutlerspantry.com/

Dengan berkembangnya Artificial intelligence (AI) sesungguhnya manusia menjadi semakin takut. Si robot AI semakin cerdas berpikir, sementara manusia semakin tidak bisa berpikir. Tanpa sadar selama ini kita didorong untuk malas berpikir, misalnya dengan cara diberikan soal pilihan ganda atau multiple choice. Dengan demikian, kita hanya diberikan batasan untuk menebak tanpa berpikir kritis atau critical thinking. 

Berpikir kritis beda dengan mengkritisi. Selama ini, sepertinya kita kritis terhadap sesuatu, namun sesungguhnya, kita hanya merasa tidak suka terhadap yang menurut kita tidak sesuai dengan pikiran atau cara pandang kita. Crirical Thinking berarti memilah dan memilih sesuatu yang memang dibutuhkan oleh orang banyak. Misalnya seseorang memilki suatu pendapat, mereka yang menggunakan pikiran kritis akan memberikan cara pandang yang bisa memberikan manfaat bagi orang banyak, bukan semata demi kepentingan diri atau kelompoknya.

Pada suatu kepercayaan tertentu, kebanyakan hanya diberikan dengan cara peraturan atau larangan tanpa diberi kesempatan untuk berdialog atau komunikasi dua arah. Cara ini bisa dimaknai sebagai indoktrinasi sehingga pengikutnya tidak diberikan peluang untuk berpikir kritis. Mengapa?

Ya memang kelompok kepercayaan ini tidak menghendaki para pengikutnya untuk menggunakan pikiran. Perhatikan pertanyaan-pertanyaan yang diajukan. Bila pertanyaannya sebatas ini atau itu boleh atau tidak, maka inilah cara para petinggi pada kepercayaan tersebut membuat para pengikutnya tidak berpikir. Cara ini bukan saja bagi mereka yang tidak berpendidikan, bahkan mereka yang banyak memiliki gelar pun bisa didorong untuk dibombardir dengan cara ini. Koq bisa?

Sangat bisa, karena mereka yang memiliki banyak gelar pun sesungguhnya sangat senang dianggap intelektualnya berkembang. Perkembangan intelektual bukan berarti orang tersebut sudah menggunakan neocortex secara optimal. Intelektual masih terkait erat dengan mamalian brain. Perhatikan hewan yang bisa menghapal, mereka menggunakan kebiasaan saja, hapalan. Sama sekali belum menggunakan neocortex yang berkaitan dengan critical thinking. 

Adalah tujuan utama kehadiran manusia di bumi untuk mentransformasi intelektual menjadi intelegensi atau buddhi. Dengan berkembangnya buddhi, seseorang akan mengedepankan kepentingan umum daripada kepentingan diri atau kelompoknya. Mereka akan melihat bahwa segala perbuatan mesti dilandasi dengan keselarasan alam.

Pola pikir yang selaras dengan alam berarti cara pandang yang sudah memahami bahwa kita mesti hidup dengan sadar atau meditative. Secara sederhana : "Perlakukan orang lain sebagaimana dirimu ingin diperlakukan" Inilah hidup dengan sadar atau meditativeness. Istilah Jawa disebut  ELING....

https://yourbutlerspantry.com/

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun