Mohon tunggu...
Marhamah Alwan
Marhamah Alwan Mohon Tunggu... Guru - Pemelajar sepanjang hayat

Ibu rumah tangga yang suka membaca

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Bu Guru, Tampamu Ku Tak Bisa Baca Tulis

25 November 2022   17:06 Diperbarui: 25 November 2022   17:08 208
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sekolah Dasar Inpres nomor 3 Beleka yang terletak di ujung timur Desa Dasan Tapen sudah ramai pagi itu. Celotehan  dengan canda tawa serta keceriaan khas anak anak menjadi pemandangan biasa setiap hari sekolah, sampai akhirnya Pak Sinin memukul lonceng tanda pelajaran akan di mulai.

Aku adalah anak baru di sekolahku, karena sebelumnya sempat mengikuti pelajaran selama satu Cawu ( Catur Wulan ) di sekolah lamaku, pada saat itu aku pernah sekolah di sekolah dasar perintis ketika ibuku mengajakku mengikuti program transmigrasi ke Palopo Sulawesi Selatan . 

Di kelas satu ini, kami di ajari oleh seorang guru perempuan bernama Bu Miskiningsih, istri bapak kepala sekolahku. Beliau adalah Bu guru yang cantik dan tegas. Sayang sekali aku tidak bisa mengikuti pelajaran dengan baik seperti teman temanku yang lain, karena aku belum bisa membaca apalagi menulis, sehingga Bu guru selalu menghukumku dan bahkan sering memukul telapak tanganku dengan penggaris kayu. Dan hal itu berlangsung hampir setiap hari, hingga pernah aku tidak masuk kelasku di SD tetapi nyelonong ke kelas TK( kebetulan waktu itu TK dan SD, masih satap ) sampai aku di jemput ke kelas TK oleh Bu Ning demikian biasa kami memanggilnya.

Setiap hari aku tidak pernah bebas dari hukuman, ku akui memang tidak pernah belajar, karena setelah pulang sekolah aku harus ke bebaliq ( dangau ) yang berada sekitar satu kilometer dari rumah, di timur kampung untuk menemani nenek yang sedang menjaga orang orang suruhannya yang mengerjakan sawah dan akan pulang ke rumah pukul sepuluh malam, dan begitu selalu setiap harinya.

Sampai suatu ketika, saking kesalnya Bu ning membentak dan meneriakiku " bodooh, !!!" sambil menjewer telingaku. Akupun merasakan hal yang sama, kesal, takut dan capai, karena hukuman yang kuterima menyakitkan bagiku yang seorang anak 7 tahunan dan kelelahan mental serta rasa malu yang bertubi tubi membuatku mulai bertanya, ' mengapa temanku yang yang bernama Misnawati bisa menjadi juara satu, apakah karena bapaknya juga seorang kepala sekolah? atau karena dia rajin membaca ?, Dua pertanyaan yang membawa arti besar dalam perjalanan pendidikanku berikutnya.

Keesokan harinya, akupun mulai belajar membaca kepada Mis ( panggilan Misnawati ) di koridor depan kelasku, memang dia selalu membawa buku bacaan dari rumahnya. Dengan sabar Mis mengajariku, di samping karena capai dengan hukuman dan kata kata pedas Bu Ning, tidak begitu lama akhirnya akupun mulai bisa membaca, dan setelah itu semua buku yang ada di perpustakaan sekolahku habis ku lalap, dua sampai tiga buku bisa ku baca setiap harinya.

Dan puncaknya adalah setelah ulangan Cawu kenaikan kelas, aku membuktikan capaianku yakni mendapat juara harapan 1 ( rangking 6 ) pencapaian awal yang baik. Hasil itu tidaklah membuatku puas, aku semakin mengejar ketinggalanku sampai setingkat demi setingkat bisa sejajar dan bahkan bisa menyaingi Mis si guru cilikku.

Hari ini dalam moment hari guru, ku ucapkan terimakasih tak terhingga, untuk guruku Bu Miskiningsih yang karena didikannya yang keras, yang membuatku mau merubah diri dan mencari solusi atas permasalahku yang tidak bisa membaca dan menulis.

Terimakasih  juga ku ucapkan kepada, guru cilikku, sahabatku tercinta Bu Guru Misnawati yang telah membimbingku dengan sabar sehingga kini aku juga bisa berdiri sebagai guru, tentu saja sebagai guru yang menjadikan pengalaman pahitnya untuk memberikan motivasi tiada akhir kepada anak anak didiknya. Selamat Hari guru, Bu Guru Ning, Selamat hari guru Bu Misnawati, Tampamu aku takkan bisa Baca tulis.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun