Mohon tunggu...
Marhamah Alwan
Marhamah Alwan Mohon Tunggu... Guru - Pemelajar sepanjang hayat

Ibu rumah tangga yang suka membaca

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Jarak Enam Kilometer, Karakter yang Berbanding Terbalik

24 November 2022   11:19 Diperbarui: 24 November 2022   11:34 138
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dasan Tapen adalah salah satu desa dari 11 desa yang berada di kecamatan Gerung Lombok Barat.Desa yang berada di 21 KM jalan baypass Mandalika ini, merupakan desa yang berada di tengah tengah area persawahan yang mengelilinginya. Dan di desa ini aku lahir dan tinggal lebih dari empat dasawarsa, sampai akhirnya mengikuti suami pulang ke kampung halamannya.

Desa berpenduduk lebih dari 4.500 jiwa ini memiliki karakter penduduknya yang hangat, ramah dan pemurah. Tidak heran jika salah seorang penduduk yang lewat setelah memetik sayuran di sawah akan membagi bagikan sayuran yang di petiknya kepada warga di sepanjang lorong gang yang di lewatinya.

Disaat ada pasangan muda yang merariq ( Menikah ) anak anak muda dan orang tuanya berduyun duyun datang bejango ( Menengok dengan membawa  buah tangan oleh oleh untuk pasangan pengantin )

Dan ketika acara begawe merariq tiba ( Pesta Kawinan ) ketika si tuan rumah berkeliling memanggil warga untuk menolongnya, maka warga yang mendengar panggilan tersebut dengan sukarela akan menangguhkan pekerjaannya untuk menolong sang empunya hajat sampai acara begawe tersebut selesai di laksanakan.

Merupakan pemandangan yang lumrah pula, jika kita melihat sekumpulan orang orang sedang berayan dan begibung ( Makan bersama dengan membawa nasi lauk masing masing dari rumah untuk di santap bersama sama ). Kehangatan yang di isi dengan celotehan ringan dan jejora'an ( Pembicaraan Lucu ) menjadi pengiring acara berayan itu. Tidak perlu mewah, cukup dengan sayur bening, lauk tempe dan sambal terasi dengan perasan jeruk limau sudah bisa membuat banyak pelangi berpendar di mata sosok sosok penduduk desaku.

Belum lagi jika, ada warga yang sakit, warga desa bagai orang yang mau kondangan datang beriringan menjenguk si sakit. Datang silih berganti mendo'akan dan memberikan suport kepada si sakit dengan keluarganya. Sungguh fenomena yang indah.

Hal yang berbeda dengan  desa berjarak hanya 6 KM dari desa kelahirannku. Desa yang memiliki luas sekitar 179,14 ha dengan penduduk 10,098 jiwa ini adalah desa tempat tinggal kedua bagiku setelah menikah. 

Karakter yang religius adalah ciri khas penduduk desa dengan julukan kota santri ini. Desa dengan empat Pondok pesantren besar ini memang dalam keseharian penduduknya adalah, para penuntut ilmu di berbagai majlis ta'lim  yang diasuh oleh beberapa Tuan Guru di Mushala mushala. 

Namun fenomena dan binar binar bahagia yang terpancar di saat saat kajian serasa tenggelam, di telan pintu pintu rumah yang selalu tertutup dan hampir tak pernah terbuka. Hal ini membuatku sangat terperangah mengingat hubungan pertalian darah yang begitu kental dengan rumah rumah yang berdekatan dan masih sebutan saudara. Memang tidak salah pepatah yang mengatakan " Lain Ladang, lain ilalang, Lain orang lain pandangan "Namun hal itu cukup membuatku belajar beradaptasi lagi untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan baruku.

Tidak ada senda gurau yang terdengar antar tetangga,kalaupun ada itu hanya senda gurau antar seisi rumah itu saja. Tidak kita temui iringan orang yang datang untuk melihat anggota baru dalam pernikahan, pengantin akan kita kenal jika kita mendapat undangan waktu pesta kawinan saja. Tidak ada riuh rendah suara ibu ibu yang menggoda pengantin waktu  datang membantu acara. Semua tersimpan rapi dalam privasi yang sangat di junjung tinggi.

Tidak juga kita dengar, sapaan manis ibu ibu yang pulang nyayur dengan tawaran sayur segar seperti memaksakan, semua terkukung dalam tradisi yang sangat berbeda jauh dan entah mengapa? Karena yang saya pikirkan kedua tempat tinggalku ini sama sama adalah perkampungan. Mungkin pepatah Sasak yang satu ini tepat untuk menggambarkan kondisi ini. Lain kerupuk lain jaje, Lain gubuk lain care ( Lain kerupuk lain jajan, lain desa lain tatacara).

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun