Mohon tunggu...
Mar Ham
Mar Ham Mohon Tunggu... -

tukang pinaq berite. Tinggal di Mataram Lombok. Ingin berteman dengan siapa saja di seluruh indonesia. Jayalah Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Telusuri Jejak Ramayana di Lombok (Bagian 8)

20 Mei 2015   09:00 Diperbarui: 17 Juni 2015   06:48 31
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

Di perbatasan Desa Darmaji dan Pengadang, tiga penunggang kuda sedang beristirahat di tepi sungai. Mereka duduk di antara bebatuan yang biasa dijadikan sebagai tempat duduk oleh para penggembara.

"Meton. Hari sudah mulai gelap. Kita istirahat di sini atau langsung menuju ke ibukota kerajaan," ujar Dabok membuka percakapan.

"Ya, kalau saya sih lebih baik kita langsung saja. Saya khawatir, ada orang jahat yang mengganggu kita selama istirahat di sini," jawab Putri Faradila dengan tetap beraksen laki-laki.

"Kalau saya terserah Fadil saja," jawab Kacek sambil tetap menyebut nama samaran Faradila.

"Baiklah. Kalau kalian berdua tidak mau menginap sini, kita segera berangkat," jawab Dabok sambil bangkit dari tempat duduknya. Kacek dan Putri Faradila pun ikut bangkit dan naik ke punggung kuda masing-masing.

Mereka pun memacu kudanya menyusuri areal jalan setapak di Lendang Kunyit hingga perbatasan Jurang Jaler. Kawasan yang dipenuhi padang dan ladang ini terlihat sangat indah. Apalagi dari tempat yang berada di ketinggian ini bisa melihat matahari terbenam di ujung barat cakrawala Pulau Lombok.

Namun, tanpa mereka sadari tiga pasang mata terus membuntuti mereka. Saat mereka berada di sungai yang ditumbuhi pepohonan lebat, tiga orang asing bersenjata lengkap menghadang.

Mereka pun menghentikan kudanya sambil bersiap siaga. "Siapa kalian? Mengapa kalian menghadang kami?" tanya Dabok dengan nada keras.

"Ha ha ha ... Serahkan harta kalian!" teriak seorang di antara mereka. Sementara dua lainnya sudah menghunus pedang dan bersiap menyerang.

"Serahkan harta kami? Emang siapa kalian?" tanya Dabok lagi.

"Jangan banyak tanya! Kalau kalian ingin selamat, serahkan semua hartamu," teriak mereka tak sabaran.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun