Mohon tunggu...
Margaretha
Margaretha Mohon Tunggu... Dosen - A passionate learner - Ad Astra Abyssoque.

Margaretha. Pengajar, Peneliti, serta Konselor Anak dan Remaja di Fakultas Psikologi Universitas Airlangga. Saat ini tengah menempuh studi lanjut di Departemen Pediatri, the University of Melbourne dan terlibat dalam the Centre of Research Excellence in Global Adolecent Health.

Selanjutnya

Tutup

Healthy Artikel Utama

Apa Itu Gangguan Eksibisionistik?

28 Oktober 2021   14:08 Diperbarui: 9 Desember 2021   07:39 1208
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi perilaku eksibisionis. Sumber: Shutterstock via Tribunnews

Ketika perilaku eksibisionisme mulai mengganggu hidup sehari-hari seseorang dan menimbulkan hendaya serta distress, maka hal ini mulai dilihat sebagai gangguan kesehatan mental, yaitu Gangguan Penyimpangan Seksual Eksibisionistik. Artinya, mereka akan membutuhkan bantuan psikologis profesional.

Berbagai pendekatan psikoterapi pada Gangguan Eksibisionistik mesti dilakukan dengan pendekatan yang bijak. Dimulai dengan sikap menerima dengan tenang keluhan orang dengan Gangguan Eksibisionistik. 

Psikoterapi perlu menciptakan suasana dimana pelaku eksibisionisme dapat menumpahkan semua masalahnya tanpa ditutup-tutupi. Inilah tujuan awal psikoterapi pada orang dengan gangguan eksibisionisme, karena pada mereka yang datang meminta bantuan biasanya memiliki kecemasan.

Akan tetapi, di Indonesia, data tentang Gangguan Eksibisionistik masih sangat jarang dan kurang dipahami. Masih sedikit bantuan dan aksesibilitas layanan yang bisa kita berikan bagi orang yang mengalami gangguan ini. Akibatnya, jarang eksibisionis yang datang secara mandiri ke tenaga kesehatan mental profesional untuk meminta bantuan dan layanan klinis. Yang lebih mungkin terjadi, ketika eksibisionis harus berhadapan dengan hukum karena telah melanggar hukum kesusilaan, baru mereka mengakses layanan psikologis.

Masih dibutuhkan banyak kajian dan riset kesehatan mental tentang Gangguan Eksibisionistik di Indonesia, agar kita bisa lebih memahami, mengelola bahkan mencegah gangguan ini di masyarakat kita.

Penulis

Margaretha

Pengajar Psikologi di Universitas Airlangga, Surabaya.

Tulisan ini adalah update dari tulisan yang pernah dipublikasi di www.psikologiforensik.com yang dikelola pribadi oleh penulis.

Referensi

American Psychiatric Association (2000). Diagnostic and Statistic Manual of Mental Disorder IV-Text-Revision. Washington: APA.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun