Mohon tunggu...
Margaretha
Margaretha Mohon Tunggu... Dosen - A passionate learner - Ad Astra Abyssoque.

Margaretha. Pengajar, Peneliti, serta Konselor Anak dan Remaja di Fakultas Psikologi Universitas Airlangga. Saat ini tengah menempuh studi lanjut di Departemen Pediatri, the University of Melbourne dan terlibat dalam the Centre of Research Excellence in Global Adolecent Health.

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Pornografi Mengancam Pribadi, Relasi, dan Komunitas (Bagian II)

4 Februari 2021   22:17 Diperbarui: 27 Oktober 2021   16:50 833
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Adiksi Pornografi - salah satu kecanduan non-zat| startribune.com

Pornografi merusak komunitas
Komunitas dibangun dari relasi. Pornografi dapat mengikis kemampuan manusia untuk mengelola diri, kesulitan membangun dan mempertahankan relasi, bahkan merusak keluarga. Sebagai akibatnya relasi-relasi yang seharusnya menjadi pondasi dapat hancur dan mengancam keberlanjutan komunitas.

Pornografi adalah ancaman bagi komunitas karena mengikis moral, merusak relasi dan keluarga, serta menciptakan marginalisasi.

Pornografi dan banalisasi kekerasan seksual
Konsumen pornografi perlu memahami asal video yang dinikmatinya. Penelitian oleh Griffith dan kolega (2012) di pusat industri pornografi di Los Angeles, Amerika Serikat terhadap 176 aktris video porno. Mereka menemukan sebagian besar video dibuat secara komersil, dimana aktris melakukannya demi mendapatkan uang (53%), seks (27%), perhatian (16%), serta kesenangan (11%). Namun, ada 1% video dibuat dengan pemaksaan dan kekerasan.

Kenyataannya, tidak semua video porno dibuat secara sukarela. Seorang perempuan bernama Rose Kalemba mengalami penculikan, pemerkosaan dan penganiayaan berat di usia 14 tahun oleh tiga orang laki-laki (Mohan, 2020). Rose diculik, dipukuli, ditusuk, diperkosa selama 12 jam, dan kejadian itu direkam pelaku. Lebih buruknya, beberapa bulan kemudian, ia menemukan video pemerkosaannya (dimana dia dalam keadaan tidak sadar, baju berdarah dan diperkosa) ditayangkan di situs Pornhub. Rose harus berjuang keras meminta Pornhub berhenti menayangkan video tersebut.

Selain kasus Rose, banyak juga video porno yang disebarluaskan di media sosial dengan latar belakang balas dendam (revenge pornography). Seseorang menyebarluaskan rekaman intimnya tanpa persetujuan pasangannya; dan ini dilakukan karena konflik dan niat mempermalukan pasangannya.

Kepekaan kemanusiaan orang yang rutin mengkonsumsi pornografi bisa berkurang. Beberapa bisa menikmati menonton pemerkosaan yang jelas-jelas bukan seks sehat dan normal. Bisa dibayangkan bagaimana sikap dan perilaku seks bisa rusak karena terbiasa menyaksikan tayangan pornografi menyimpang seperti itu. 

Pemerkosaan secara moral adalah salah. Menikmati menyaksikan seks yang dilakukan dengan pemaksaan atau tanpa persetujuan kedua belah pihak (non-consensual) dan disertai kekerasan berpotensi mengakibatkan penyimpangan seksual, terlebih bagi mereka yang sudah ketergantungan pornografi.

Refleksi: apa yang bisa saya pelajari dari melihat tayangan seks non-consensual?

Pornografi dan marginalisasi
Perlu dipahami, bahwa industri pornografi saat ini melakukan marginalisasi pada perempuan, etnis minoritas dan orang cacat. Sikap pengguna pornografi atas mereka yang termarginalisasi bisa cenderung negatif. Dampaknya, perilaku buruk bisa dikenakan terhadap orang-orang yang digambarkan marginal ini.

Banyak pornografi menampilkan perempuan sebagai murahan, sangat penurut dan mau melakukan apapun (submissive), bodoh dan mudah dimanipulasi, serta digunakan sebagai obyek seks dan kekerasan. Melalui pornografi,  pengguna laki-laki bisa mengembangkan sikap yang salah tentang perempuan dan akhirnya melakukan perilaku yang merendahkan perempuan.

Mereka berpandangan bahwa perempuan "sejati" adalah perempuan yang harus siap dikendalikan seutuhnya oleh pasangannya (misalkan, perempuan yang tidak bisa diatur akan dikenakan kekerasan verbal atau ditinggalkan karena dianggap tidak kompeten menjadi perempuan). Perempuan juga akan dituntut harus selalu tampil cantik dan seksi serta siap melayani (seperti yang digambarkan di pornografi).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun