Mohon tunggu...
Margaretha
Margaretha Mohon Tunggu... Dosen - A passionate learner - Ad Astra Abyssoque.

Margaretha. Pengajar, Peneliti, serta Konselor Anak dan Remaja di Fakultas Psikologi Universitas Airlangga. Saat ini tengah menempuh studi lanjut di Departemen Pediatri, the University of Melbourne dan terlibat dalam the Centre of Research Excellence in Global Adolecent Health.

Selanjutnya

Tutup

Healthy Artikel Utama

Pornografi Mengancam Pribadi, Relasi, dan Komunitas (Bagian I)

24 Januari 2021   00:07 Diperbarui: 5 Oktober 2021   07:38 2217
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi kasus pornografi. (Foto: KOMPAS/WAWAN H PRABOWO/APP)

1.Penggunaan pornografi dilakukan secara berlebihan, bahkan individu mulai merasa tidak bisa mengendalikan diri dalam konsumsi pornografi.

2.Penggunaan pornografi mulai merusak fungsi hidup sehari-hari lainnya, seperti bekerja, sekolah, lalai pada tugas dan tanggungjawabnya.

3.Pengguna terus mengkonsumsi pornografi walaupun mengalami persoalan sebagai dampak kecanduannya tersebut, misalkan mulai muncul permasalahan fisik - kurang mampu merawat diri, psikologis - depresi atau stress, sosial - persoalan pernikahan.

Pecandu pornografi juga akan selalu mencari stimulus baru (video baru, artis baru, model/gaya baru) untuk memenuhi tuntutan kecanduannya.

Jika seseorang menghabiskan 80-90% kehidupan seksualnya dengan mengkonsumsi pornografi disertai masturbasi, maka kelamaan akan sulit membangun relasi intim yang bermakna dengan pasangannya (manusia lain).

Pornografi merusak relasi
Pasangan suami istri yang dikenal sebagai konselor pernikahan, John dan Julia Gottman (2016) menyatakan bahwa salah satu faktor yang ditemukan merusak komitmen relasi dan pernikahan adalah pornografi. 

Pornografi adalah stimulus supernormal yang membuat seks normal malah menjadi tidak menarik lagi. 

Mereka menyatakan, jika salah satu pasangan mengkonsumsi rutin pornografi yang disertai dengan masturbasi, hal ini dapat mengakibatkan menurunnya frekuensi seks dan kepuasan pernikahan pada kedua pihak pasangan.

Pasangan Gottman menguraikan bahwa pornografi dapat merusak keintiman dalam relasi antar pasangan dengan 4 cara (Gottman, 2016). 

Pertama, keintiman adalah cara pasangan berkomunikasi dan saling terhubung. Tapi jika salah satu terikat/ketergantungan dengan pornografi yang disertai dengan masturbasi, maka si pengguna pornografi akan mengurangi/menghindari interaksi intim dengan pasangan alaminya. Kelamaan, orang yang ketergantungan pada pornografi akan lebih memilih masturbasi dengan bantuan pornografi daripada intim dengan pasangannya.

Kedua, ketika menonton pornografi, pengguna memegang kendali atas pengalaman seksualitasnya (memulai, mengakhiri seks dikontrol oleh keinginan pribadi). Hal ini berbeda dengan pengalaman seksual bersama pasangan, dimana kendali pengalaman seksual dilakukan bersama. Akibatnya, pengguna pornografi memiliki ide yang salah/tidak realistis, bahwa seks harusnya berada dalam kendalinya saja. Dampaknya, pasangan bisa merasa tidak terlibat/tidak dilibatkan dalam aktivitas seks bersama. Pengguna pornografi menjadi tidak peka terhadap kebutuhan pasangannya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun