Mohon tunggu...
Margaretha
Margaretha Mohon Tunggu... Dosen - A passionate learner - Ad Astra Abyssoque.

Margaretha. Pengajar, Peneliti, serta Konselor Anak dan Remaja di Fakultas Psikologi Universitas Airlangga. Saat ini tengah menempuh studi lanjut di Departemen Pediatri, the University of Melbourne dan terlibat dalam the Centre of Research Excellence in Global Adolecent Health.

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Ketika Berhadapan dengan Keterpurukan Mental (Bagian I)

2 Januari 2021   22:53 Diperbarui: 4 Januari 2021   10:39 1086
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Old man in sorrow oleh Vincent van Gogh

Tanda kesedihan biasanya dapat diamati. Misalkan, ekspresi wajah (kedua alis bagian dalam berkerut mendekat, ujung luar lipatan mata atas turun dan mata melihat ke arah bawah, serta ujung mulut turun), sikap tubuh (postur seperti kehilangan kekuatan otot, membungkuk, mengalihkan perhatian/melihat ke bawah), dan ekspresi ketika berkomunikasi (ketika berbicara suara terdengar melemah atau munculnya nada suara tinggi ketika menangis).

Namun selain itu, kesedihan juga muncul dalam bentuk sakit atau gejala tubuh, seperti: dada menjadi kaku, kaki dan lengan menjadi berat, tercekat di kerongkongan, dan mata yang mengeluarkan airmata. Persepsi sakit yang dialami karena perasaan sedih bisa sama beratnya ketika seseorang mengalami luka fisik.

Perlu dipahami, sebagai salah satu bentuk emosi dasar yang dianggap negatif (valensi negatif), sebenarnya kesedihan memiliki fungsi yang sangat mendasar dalam mempertahankan hidup dan kesejahteraan manusia. Fungsi utama kesedihan adalah memberikan tanda bahwa kita butuh bantuan.

Kesedihan adalah tanda minta tolong yang ditujukan bagi diri sendiri dan orang di sekitar kita. Bagi diri, sedih artinya ada stimulus atau hal yang tengah kita hadapi yang menimbulkan kesedihan dan kita membutuhkan waktu untuk memulihkan diri dari perasaan ini. Bagi orang-orang di sekitar kita, kesedihan ditunjukkan, artinya orang tersebut membutuhkan dukungan dan penghiburan untuk memulihkan dari perasaan kehilangan dan kecewa yang tengah dihadapinya.

Namun, kadang tidak mudah mengidentifikasi kesedihan. Ada kesedihan yang tersamarkan karena bercampur dengan emosi lain, seperti marah, takut dan bahagia. Ada pula orang yang menutupi kesedihannya sehingga tidak tampak sedih. Ada juga yang membatasi interaksi sosial dan keterhubungannya dengan orang lain agar mencegah resiko mengalami kekecewaan dan kehilangan karena tidak mau mengalami kesedihan.

Pada level diri, ada orang yang menumpulkan perasaannya sehingga kesulitan memahami apa emosi yang dialaminya saat ini. Ada pula yang tidak bisa melakukan refleksi emosi diri sehingga tidak mampu memahami apa penyebab emosi sedih yang tengah dihadapinya. Kondisi-kondisi seperti ini dapat menyebabkan keterpurukan mental lebih berat karena kesulitan mengakses bantuan.

Emosi Takut: Tanda perlu melindungi diri
Jika kita mempersepsikan bahwa adanya ancaman pada diri kita dalam bentuk fisik, emosional, psikologis; baik nyata ataupun imaginasi, maka kita akan mengalami perasaan takut. Bentuk ancaman bisa fisik (gelap, ketinggian, obyek menakutkan seperti binatang buas), juga sosial (pengabaian, penolakan, perpisahan).

Emosi takut bisa menjadi lebih nyata daripada fakta. Pada beberapa orang, walaupun tidak ada ancaman nyata yang dihadapinya, tapi ia akan mengalami ketakutan juga ketika berimaginasi adanya ancaman. Hal ini dapat membuat munculnya perilaku takut, yang juga bisa disertai dengan perasaan terkejut dan marah.

Ekspresi takut dapat diamati (kedua alis naik dan berdekatan, lipatan mata atas naik, lipatan mata bawah menegang, bibir ditarik ke belakang dan dagu agak turun-terbuka. Nada suara marah dikenali dengan nada tinggi dan suara keras. Ketika marah biasanya orang berkeringat, gemetar dan ototnya kaku.

Takut pada hal yang tidak obyektif memberikan perasaan takut disebut sebagai takut irasional (misalkan takut pada kucing - yang obyektifnya tidak secara langsung membahayakan keselamatan manusia; atau takut akan masa depan - yang obyektifnya belum diketahui seperti apa). Ketakutan irasional dan berlebihan disebut sebagai kecemasan (anxiety). Orang juga bisa menjadi lebih cemas ketika merasa gagal dalam mengendalikan atau tidak bisa keluar dari penyebab takutnya. Jika kecemasan telah berulang, intensif dan mulai mengganggu perilaku dan hidup sehari-hari (makan, tidur, bekerja), maka dapat disebut sebagai gangguan mental kecemasan (anxiety disorders).

Takut juga berfungsi untuk mengingatkan individu bahwa ia harus melakukan sesuatu untuk menghindari atau menghentikan ancaman (atau persepsi ancaman). Biasanya kita berhadapan dengan ancaman dengan 3 respon: menghadapi (fight), menjauh (flight), atau diam (freeze). Ketika rasa takut muncul kita perlu menelaah apa penyebab takut, dan apakah respon yang kita lakukan telah tepat dalam mengelola sumber ketakutan. Jika respon alamiah kita ternyata belum tepat menghentikan ancaman dan memberikan rasa aman, maka artinya kita harus merubah strategi menghadapi rasa takut.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun