Mohon tunggu...
Margareta Apcarinia
Margareta Apcarinia Mohon Tunggu... Lainnya - Perfectly imperfect but perfectly me

Share goodness. Share good thing. Share experience. Share journey. Just want to share what on my mind. 😊

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Wisata Museum: Sonobudoyo Yogyakarta

25 Februari 2021   07:43 Diperbarui: 25 Februari 2021   07:50 448
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Museum Sonobudoyo, Credit by Ret Ret Green


Berawal dari keinginan putri kecil kami, yang saat ini sudah menginjak kelas 1 SD ( namun sekolahnya di rumah saja ), untuk menjelajah museum ketika liburan. Museum Sonobudoyo menjadi titik perhentian pertama untuk mengenalkan museum padanya.

Ingat sekali waktu masih masa sekolah, tidak ada acara ke museum sendiri, kecuali ikut acara dari sekolah. Karena itu, saya sudah cukup lama tidak menginjakkan kaki ke museum. Apalagi museum Sonobudoyo ini, sepertinya baru sekali ke museum ini, dulu sekali waktu masih jaman sekolah. Entah kelas berapa sudah lupa. Apalagi isinya sudah lupa. Tapi sepertinya banyak perubahan yang terjadi seiring perkembangan jaman.

Museum Sonobudoyo merupakan sebuah museum di Yogyakarta yang terletak di utara alun-alun utara / keraton Yogyakarta.

Museum Sonobudoyo menyimpan benda-benda bersejarah terkait dengan sejarah perkembangan kesenian, tradisi, kebudayaan dan peradaban di tanah Jawa, khususnya di Yogyakarta. Mulai dari masa purba, masa masuknya peradaban Hindu-Budha, serta masuknya pengaruh Islam di Indonesia dan juga perkembangan kebudayaan lainnya yang masih melekat sampai sekarang.

Untuk biaya masuknya ternyata sangat terjangkau yaitu sebesar Rp3000 (untuk dewasa) dan Rp2500 (untuk anak-anak). Jadi kami membayar Rp8500 saja untuk 2 orang dewasa dan 1 anak. Sungguh biaya yang sangat terjangkau untuk menilik sebuah museum, (atau memang semua museum yg dikelola nasional/pemerintah daerah tarifnya ekonomis? Belum tahu juga yaa, akan dishare pada perjalanan-perjalanan selanjutnya yaa) tapi kurang tau juga tarif untuk wisatawan mancanegara, kemungkinan berbeda .

Masuk melalui gerbang yang berada di depan alun-alun Utara, yang terbagi menjadi jalan masuk dan keluar. Langsung saja dicek suhu. Parkir motor, lanjut cuci tangan. Barulah membeli tiket yang letaknya di pos gerbang penjagaan arah pintu keluar.

Kami mendapatkan 3 lembar tiket yang diprint dengan semacam printer bluetooth, lembarannya disertai dengan barcode.

Muter lagi ke arah Utara menuju pintu masuk, dan mulai akan masuk ke area dalam gedung. Tiketnya discan di barcode scanner yg terletak di depan pintu masuk , scannya satu persatu, setiap orang dengan tiketnya masing-masing, dan barulah palang pintu berputar otomatis, pengunjung dapat masuk. Wahh, canggih nian

Masuk ke dalam masih terdapat area halaman, banyak arca dan patung-patung bersejarah yang terletak di pelataran gedung. Masuk ke dalam pintunya udah otomatis yaa. Bertemu dengan penjaga lagi, dan kami tes suhu lagi, kali ini dengan sistem komputerisasi (biar mantep yaa, diluar dicek, di dalam dicek lagi ). Nah, kita dikasih Souvenir berupa tiket nonton bioskop gratis yang udah ngga berlaku (karena bioskopnya ditiadakan selama pandemi yaa) , "buat Souvenir aja", kata masnya yang jaga. .

Di area paling depan dalam gedung terdapat gamelan lawas peninggalan HB VI (kalau tidak salah ingat yaa ).

Ternyata sebelum kami persis, ada pasangan pemuda-pemudi yang datang lebih dahulu, mereka didampingi mas-mas guide dari museum, yang lengkap memakai masker dan faceshield.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun