Mohon tunggu...
Maria Margan
Maria Margan Mohon Tunggu... Lainnya - Sekedar belajar menulis.

Live like a Dandelion. Never give up and always hope for everything in all circumstances.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Obor Keluarga Jangan Sampai Padam Apinya

6 Juni 2020   06:07 Diperbarui: 6 Juni 2020   06:42 7549
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar ilustrasi diambil dari express.co.uk

Dampak positif di tengah wabah virus Covid19 ini adalah relasi yang lebih akrab antara anggota keluarga. Yang sebelum pandemi semua lebih sibuk dengan aktivitas pribadi masing-masing. Dari pagi hingga petang anak-anak pergi ke sekolah atau kampusnya. Ayah dan ibu bekerja di kantor. Kecuali ibu yang tidak bekerja tentu sepanjang hari sudah terbiasa beraktivitas di dalam rumah saja Sehingga jarang sekali bisa punya waktu yang panjang untuk berinteraksi secara langsung.

Ditambah lagi realita yang terjadi akhir-akhir ini. Kita lebih asyik dengan gawai masing-masing. Entah sibuk main game, nonton konten youtube, atau asyik bersosialita di medsos. Yang jauh jadi dekat sementara yang dekat jadi jauh. Rumah yang seharusnya memberi rasa nyaman dan kehangatan keluarga, seakan menjadi tempat untuk istirahat saja. Esok kembali ditinggalkan bersibuk ria oleh penghuninya

Tentu saja tidak semua keluarga seperti itu. Masih banyak keluarga yang berusaha menciptakan quality time dalam keluarga, sehingga rumah benar-benar homey bagi penghuninya. Dan kebijakan di tengah pandemi yang mengharuskan untuk semua dilakukan di rumah saja. Otomatis itu berdampak menghangatkan kembali susana rumah yang mulai dingin tergerus aktivitas penghuninya.

Lebih mudah menghangatkan suasana keluarga kecil yang tinggal di satu atap. Dengan frekwensi perjumpaan yang panjang dan jalinan komunikasi yang baik. Bagaimana dalam lingkup keluarga yang lebih besar? Bukan perkara mudah ketika keluarga menjadi semakin besar, dan sudah menjadi beberapa generasi. Yang sering terjadi jika kurang komunikasi dan jarang berjumpa bisa saja kepaten obor.

Apa itu kepaten obor?

Kepaten obor adalah istilah dalam bahasa jawa, yang artinya obornya mati. Tentu saja secara harfiah maknanya bukan lampu atau obor yang padam. Kepaten obor adalah istilah yang digunakan para orang tua di jawa, yang maknanya adalah putusnya tali silaturahmi antara keluarga besar. Sehingga tidak lagi mengenali silsilah keluarganya, dan saudara sedarah jadi asing karena tidak saling mengenal.

Seperti apa yang saya alami kemarin sore. Ketika di grup keluarga dari ayah saya tiba-tiba ada berita meninggalnya salah seorang kerabat kami sebulan yang lalu. Tentu saja itu mengejutkan, karena kami semua tidak mengetahui hal itu. Penyebabnya tentu saja putusnya komunikasi dan silaturahmi beberapa tahun terakhir ini dengan kerabat kami tersebut.

Kerabat kami tersebut adalah keluarga besar dari adik kandung almarhum nenek saya. Yang tentu saja kakak beradik tersebut sudah almarhum semua. Tinggal  generasi ketiga dan keempat yang masih ada. Saya termasuk generasi ke empat, dan saya tidak mengenal dengan baik kerabat kami itu. Karena kepaten obor tadi.

Penting sekali menjaga obor keluarga tidak mati.

Menurut saya adalah hal yang perlu dilestarikan, menjaga silsilah keluarga tetap diperkenalkan sampai generasi berikutnya. Untuk mempererat persaudaraan yang ada tetap harmonis. Tentu menyenangkan bila kita memiliki banyak saudara di sekitar kita.

Kembali pada kabar duka tadi. Salah seorang dari kerabat kami berusaha memberi kabar pada tante saya yang ada di Surabaya. Mereka minta tolong seorang teman yang tinggal satu daerah dengan tante saya itu untuk mencari rumahnya dengan berbekal alamat lama. Dan akhirnya bisa bertemu dan teman saudara kami itu meminta nomor telepon tante saya.  Dengan cara itulah akhirnya komunikasi keluarga besar kami kembali terhubung sejak kemarin sore.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun