Mohon tunggu...
Aba Mardjani
Aba Mardjani Mohon Tunggu... Editor - Asli Betawi

Wartawan Olahraga, Kadang Menulis Cerpen, Tinggal di Jakarta.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Tafakur Alam

19 Desember 2018   00:44 Diperbarui: 19 Desember 2018   01:52 324
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Mataharilah
pada sinar menghangatkan
tak membakar
menghidupkan
lalu lindap dalam tadabur


Bulanlah
pada binar meronakan
mengusir pekat
menggeliatkan
lalu suruk dalam sajadah awan


Gemintanglah
pada kerlip mengindahkan
tak menyilaukan
menggairahkan
lalu lesap dalam i'tikaf


Anginlah
pada embus membuaikan
tak melantakkan
menabur dan menebar benih
lalu baur dalam tasyakur


Lautlah
pada hampar sepandang mata
menggelombang tanpa bandang
menjuntai sejuta asa
lalu runduk dalam khusyuk


Bumilah
pada bentang sepanjang terawang
sumber kehidupa segala
tempat tetirah segala
kecamuk dalam damai
damai dalam kecamuk
lalu diam dalam ujung kalam


Airlah
menari dalam lekuk
menuntas segala dahaga
membasuh segala keluh
bawa segala cerita
menumpahkan segala dalam perut laut
lalu lesap dalam panjat doa


Apilah
pada bara tanpa bakar
menanak segala masak
mendidihkan segala gairah
mengobarkan segala sukma
lalu luluh di tepian tafakur

Tanah Kusir, 19 Desember 2018

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun