Mohon tunggu...
Aba Mardjani
Aba Mardjani Mohon Tunggu... Editor - Asli Betawi

Wartawan Olahraga, Kadang Menulis Cerpen, Tinggal di Jakarta.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Artikel Utama

Sketsa Betawi | Mpok Rodiah Kagak Budeg

16 September 2018   09:14 Diperbarui: 16 September 2018   22:46 1927
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto ilustrasi: kompas.com

RODIAH uring-uringan saja belakangan ini, khususnya sesudah ia melaksanakan umroh kali kedua. Ia ingin disebut Bu Hajjah oleh siapa pun yang bicara dengannya. Tapi, hampir semua orang tetap memanggil namanya cukup dengan Rod, Rodiah, atau yang lebih muda menyebutnya dengan Mpok Rodiah.

Rodiah, meskipun hidup menjanda belasan tahun, cukup beruntung bisa pergi ke Tanah Suci Makkah dan Madinah dua kali dalam tiga tahun terakhir. Yang pertama, ia berangkat karena menang undian umroh di pengajian ibu-ibu PKK. Yang kedua, ia juga berangkat tanpa biaya karena diongkosi majikan tempat ia bekerja mencuci pakaian dan menjaga anak.

Untuk yang kedua, ia ingin ongkos umrohnya ditabung untuk melaksanakan ibadah haji. Tapi, kedua anaknya yang sudah disibukkan dengan urusan keluarga masing-masing enggan mencari tambahan biaya untuk keberangkatan haji sang ibu.

"Lagian, pegi haji itu pan antriannya panjang, Mak," kata Tasu'ah, anak perempuannya yang tubuhnya selebar becak. "Mak daftar sekarang mungkin 10 taun lagi Mak baru bisa berangkat. Kalu Mak masih idup..."

"E buset, lu nyumpain Mak lu cepet modar?" Mpok Minah merasa sewot.

"Bukannya begitu, Mak. Umur Mak kan udah 65-an. Taro dah Mak idup 10 tahun lagi, emang Mak mau pegi haji umur 75-an?"

Maka akhirnya, Rodiah pun rela kembali cuma bisa melaksanakan umroh. Yang penting, ia membatin, bisa kembali melihat Ka'bah, mencium Hajar Aswad, dan ziarah ke makam Nabi.

Tapi, pulang dari umroh, Rodiah jadi sewot karena keinginannya untuk dipanggil bu hajjah tak tercapai. Bahkan, kedua anaknya yang diharapkannya bisa memanggilnya dengan Mak Hajjah, tetap saja cukup  memanggil Mak, Emak.

Karena itu, belakangan, Rodiah memutuskan untuk tak mau menoleh jika ada yang memanggilnya hanya dengan menyebut namanya.

"Beli sayur, Mpok Rodiah?" tanya Surtini, tetangganya ketika Rodiah lewat di depan rumahnya. Rodiah tak menyahut. Menoleh pun tidak. Melangkah mantap seolah tak mendengar sapaan tetangganya.

"Mau pegi ngaji, Rod?" tegur Aminah, tetangganya yang lain ketika melihat Rodiah sudah berdandan rapi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun