Mohon tunggu...
Mardi Yanto
Mardi Yanto Mohon Tunggu... Guru - Guru dan Pembelajar

Seorang pembelajar dan penjelajah. Bagi saya mimpi sangat dekat dengan kenyataan. Mimpi juga sebenarnya tidak selalu terjadi saat seseorang sedang tertidur, atau di bawah alam sadar. Dalam kondisi sadar pun kita bisa bermimpi. Mimpi sebenarnya juga tidak identik dengan sesuatu yang sulit atau mustahil tercapai.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Kontroversi X-Factor Indonesia Akal-akalan?

1 April 2013   08:22 Diperbarui: 24 Juni 2015   15:55 4769
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
13647792781563058855

[caption id="attachment_252222" align="aligncenter" width="458" caption="Tribun Jakarta"][/caption]

Acara X-Factor Indonesia yang tayang RCTI setiap Jumat malam terbukti menuai “sukses” luar biasa, setidaknya “berhasil” menyajikan daya kejut hebat bagi pemirsanya. Bahkan keputusan-keputusan yang diambil dewan juri acapkali mengaduk-aduk perasaan pemirsanya. Tidak mengherankan jika cercaan dan cacian kepada dewan juri bersliweran di dunia maya.

Klimaksnya, terendus kabar ada gerakan boikot X-Factor Indonesia. Wow! Berlebihan atau memang setting Fremantle Media si pemegang lisensi untuk melejitkan rating acara ini karena mau apa lagi, rating tetap menjadi tujuan utama acara impor ini.

Berikut saya kutipkan beberapa kontroversi acara ini, setidaknya versi saya sendiri,

Pertama, di babak awal Diki yang acapkali berdandan feminin dan memiliki vokal suara unik, harus tersingkir lebih dini. Padahal, menurut Anggun Diki memiliki X-Factor, itupun saya amini. Tak urung Rosa yang ketika itu menolak memilih Diki, mendapat cibiran di dunia maya.

Kedua, tidak lakunya lagu berbahasa Indonesia. Sejak awal saya agak terganggu dengan ini. Tetapi lantas dijawab dengan episode Megahits Indonesia. Cibiran masyarakat yang jengah menyaksikan kontestan menyanyi lagu asing, amat wajar karena kompetisi ini di gelar di Indonesia. Tokh setidaknya nantinya mereka sebelum go internasional harus menaklukkan publik tanah air. Agak janggal juga para kontestan menyanyi lagu barat bagus, eh lagu Indonesia kok malah jelek. Kata istri saya para kontestan kalo nyanyi lagu Indonesia ketahuan jeleknya, jika nyanyi lagu asing kan nggak begitu kentara parahnya. Mending lagu asing. Wah!

Ketiga, tersingkirnya Agus yang sepertinya belum saatnya keluar dari ajang X-Factor. Lagi-lagi keputusan juri yang menentukan ketika itu. Bukan pemirsa.

Keempat, sama halnya Agus, Alex harus pulang ke rumah lebih awal, padahal semua orang tahu, Gede Bagus tak lebih baik dari Alex. Kali ini yang menuai kecaman keputusan Ahmad Dani yang tak berdasar memilih Gede.

Memang, sepertinya publik tergiring mengerucut untuk menampilkan final ideal, yakni Mikha dan Fatin. Okelah, jika skenario ini terjadi gak ada masalah, tetapi mestinya bermain cantik dong alurnya.

Di Gala Show 6 edisi 29 Maret, Ahmad Dani keceplos  saat berseteru dengan Bebi Romeo bahwa perdebatannya atas keinginan Fremantle Media. Nah Lo!

Saya jadi menduga-duga bahwa “heboh” kontroversi X-Factor boleh jadi akal-akalan saja biar acara ini punya “taji”. Sebab saya amati, sejak acara ini digulirkan, komentar dewan juri amat monoton dan klise, hampir rata-rata memuji dan minim perdebatan antar dewan juri. Boleh jadi inilah yang membuat gusar pihak Fremantle yang lantas meminta juri “debat panas”. Bisa jadi kan?

Apa pendapat Anda, silakan!

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun