Mohon tunggu...
Mardi Sirait
Mardi Sirait Mohon Tunggu... Lainnya - Administer Social Justice

Menulis adalah pengabdian bagi keabadian dan menyuarakan kebenaran.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Jalan yang Sempit dan Sesak Itu

13 Oktober 2020   18:51 Diperbarui: 13 Oktober 2020   18:55 51
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Apa yang menjadi tujuan adalah satu hal, bagaimana jalan ke tujuan yang dimaksud pun satu hal lain lagi".

Tujuan seseorang akan mempengaruhi jalan mana yang harus dia pilih; apakah berjalan pada 'jalan yang luas' itu atau 'jalan sempit yang sesak' itu. 

Dijelaskan pada jalan yang sempit dan sesak itu umpama proses pemurnian emas yang dimurnikan hingga 7 kali, ada proses yang lama juga berulang dan api yang panas untuk menghasilkan kemurnian yang sempurna. 

Demikianlah penjelasan lain di 'jalan yang sempit dan sesak itu', suatu perjalanan yang tidak mudah dan sedikit orang didapati disana.

Dalam pembicaraan dengan seorang anggota keluarga yang sekian lama tidak bertemu, beliau menanyakan apa sebenarnya tujuan hidup dan panggilan saya. 

Pertanyaan tersebut didasarinya dari berbagai postingan saya tentang kekristenan/keimanan yang bersinggungan dengan politik dan pemerintahan. 

Saya menjelaskan bahwa; "Saya menempatkan 'keyakinan saya' menjadi pondasi keterlibatan saya di tengah-tengah sosial, politik di pemerintahan kedepan." Jawaban tersebut memberikan ruang bagi kami untuk ber-argumen panjang dan tidak menemukan titik temu.

Hingga, akhirnya apa yang beliau sampaikan menjadi pengingat dan penerangan bagi saya, karena saya memberi tanggapan bahwa saya akan memilih "jalan yang sempit dan sesak itu".

Secara pribadi menyadari untuk sampai kepada posisi puncak diperlukan proses pembentukan yang tidak gampang.

Pendakian yang panjang menjadi jalan kedepan dan apakah itu berfaedah?

Secara pribadi merenungkan, dalam berbagai proses yang tidak mudah yang dijalani akan membentuk diri dan mematangkan karakter diri. Itu menjadi dasar yang kuat untuk tegak berdiri ketika berada di atas bukit.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun