Mohon tunggu...
Mardi Sirait
Mardi Sirait Mohon Tunggu... Lainnya - Administer Social Justice

Menulis adalah pengabdian bagi keabadian dan menyuarakan kebenaran.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Gudang Alam Pemikiran

7 Oktober 2020   10:32 Diperbarui: 7 Oktober 2020   10:47 178
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kalau Tan Malaka dalam judul buku yang menceritakan perjuangan yang tak henti, terbentur, terbentur lagi hingga terbentuk, dia menuliskan perjuangannya "Dari penjara ke penjara". Menarik ke diri, sepertinya tepat untuk memakai judul, "Dari kontrak-an ke kontrak-an".

Tidak ada yang jauh berbeda, tumpukan buku memanjang, baik buku pinjaman, hadiah dan lainnya masi tetap menghiasi barisan sisi tempat tidur. Dari topik Kebangsaan, Politik, Theology, Wawasan dunia, World View, Biografi, Devosional, Filsafat, Christianity and Social Questions, Kebudayaan, Kegerakan-Aktivis, Gereja, Negara, Inovasi - Entrepreneur -Kreativitas, Alkitab (yang pasti) tetap menjadi gudang alam pemikiran; sebagai harta dan amunisi.

Hanya sedikit berbeda format 33 m [gubuk] ini, harusnya jajaran buku tersebut menjulang diatas meja seperti kontrakan sebelumnya, tapi kali ini menyesuaikan dengan kondisi. Kadang, itu tidak menjadi masalah yang sangat menggangu. AC, TV tidak ada di sana, tapi setiap kontrakan yang berganti silih, yang selalu harus ada dibangun, yaitu membangun mezbah doa; yang melalui sebuah tangga yang ujungnya sampai ke langit.

Pernyataan seorang tokoh teladan, pemikir dan bapak Bangsa, Mohammad Hatta, "Aku rela di penjara asalkan bersama buku, karena dengan buku aku bebas". Hanya perlu keheningan saja dan setumpuk buku, sangat cukup membebaskan diri terhisap di dalam gudang pemikiran berabad-abad di dalam sejarah.

Buku-buku yang berisi faedah ribuan bahasan dan topik, memberikan perjalanan alam pemikiran manusia menakar dan menginterpretasi Tuhan, mengenali dirinya sebagai manusia, yang berbudaya, bersosial, bernegara dan arus pemikiran lainnya. Tak mempedulikan hal yang lain, tetapi kebenaran, pengetahuan ingin mengejarnya secara mendalam. Karena semua pengetahuan, kebenaran merupakan bagian dari kebenaran Sang Kebenaran itu sendiri.

Untuk apa demikian? Tak lain tak bukan, untuk mengejar mutu, kualitas dalam upaya memperlengkapi diri menjadi alat bagi Sang Penjunan dalam panggilan diri atas hidup. 

Bagi perbaikan hidup atas kesusahan rakyat, mengadimistrasikan keadilan, dengan semangat perjuangan. Bukan untuk pemuasan nafsu dan hasrat semata akan pengetahuan, tetapi mendedikasikannya kelak bagi nusa dan bangsa, sebagai wujud pengadian dan dedikasi dalam keber-Tuhan-an.

[Dan] Memasuki alam pemikiran manusia di berbagai abad, topik, dalam SEJARAH, hanya untuk membantu mengerti dan menafsirkan Kitab Kehidupan, yaitu ALKITAB. 

Kini, memakai pergumulan dalam pengetahuan, hikmat dan kepandaian itu untuk menolong diri, orang lain dalam pencerdasan, kelepasan dari kebodohan, merdeka melalui pencerahan dan kebenaran. Kelak memakai pengetahuan, hikmat dan kepandaian itu sebagai pengabdian dan jalan perjuangan atas kehidupan sosial, kesusahan orang banyak (problematika sosial) dalam konteks berbangsa, untuk Indonesia Maju.

Mari bersama untuk itu, berbenah, mengejar mutu dan pengabdian bagi orang banyak. Tentu, didasari keimanan dan semangat perjuangan yang tak henti. 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun