Enam bulan yang lalu, anakku menyelesaikan masa belajarnya di bangku SLTP. Walaupun kala itu, mereka tidak menikmati masa-masa Ujian Nasional, karena Virus Covid 19 yang melanda Indonesia dan hampir seluruh belahan dunia ini kena Pandemi itu.
Saat menantikan kelulusan, ku tanyakan pada Putraku keinginannya mau masuk Sekolah apa? Sengaja Aku membiarkan Dia untuk memilih Sekolahnya, dan ingin tau kenapa memilih Sekolah itu.
Dirinya memilih Sekolah SMA N 3Â Jambi, bukan tanpa alasan karena Sekolah itu salah satu terbaik di Kota Jambi, dan pilihan keduanya adalah SMA N 5.Â
Kala itu, Aku menawarkan Putraku untuk masuk SMK, alasannya selain dari Ilmu Pengetahuan yang diperoleh, keterampilan juga akan didapatkan. Zaman sekarang, yang dibutuhkan dalam dunia pekerjaan adalah skill and knowledge. Namun, Putraku tetap pada pilihannya.
Sekolah Paforite sudah pasti menjadi rebutan, bukan alasan karena sudah banyak prestasi yang dilahirkan dari sekolah tersebut. Untuk mengambil kesempatan bersekolah disini, semua para orang tua akan berlomba-lomba dengan caranya masing-masing.
Zaman tekhnologi sekarang, semua menjadi mudah. Seperti halnya saat ingin mendaftarkan  Anak ke Sekolah yang diinginkannya itu. Semua bisa dilakukan secara online. Â
Saat pendaftaran mulai dibuka, maka Anakku melakukan hal-hal yang harus diisi sesuai petunjuk dalam pendaftaran tersebut. Bahkan untuk pengiriman bukti Rapor harus di upload, jadi benar-benar dipermudahkan saat mendaftar secara online.Â
Namun, dirinya harus kecewa karena alasan kuota penuh. Wajar saja, Sekolah Paforite. Terlambat satu menit saja tidak berlaku. Entah benar apa tidak, namun itulah yang terjadi.
Persaingan sekedar untuk masuk Sekolah Paforite semakin ketat, seperti perebutan kursi Jabatan. No Money No Chair,Â
Seperti itulah sekarang, tanpa kenalan tanpa uang sulit untuk bisa masuk Sekolah Paforite. Walaupun ada juga dengan cara prestasi, hanya segelintir kecil saja.
Pilihan keduanya, tak jadi diikuti alasannya minder. Banyak anak orang berduit yang bersekolah disana, setelah Putraku melihat Sekolah itu. Entahlah, alasan yang tepat menurutku. Tetapi Aku tak pernah memaksa keinginannya.