Mohon tunggu...
Mardiana
Mardiana Mohon Tunggu... Penulis - Menulislah, walau sebait kata

Menuangkan segala dibenak menjadi tulisan yang bermanfaat bagi orang lain.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Kekasih Ayah adalah Guruku (bagian 5)

27 November 2020   08:02 Diperbarui: 27 November 2020   08:10 133
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Tak terasa 1 jam berlalu, dan Kami beranjak pulang. Aku berjalan ke area parkiran dan tak jauh dari mobil Ibu, ku lihat mobil Ayah terparkir disana. Mataku berburu mencari keberadaan Ayah, tapi Aku tak menemukannya, Ayah pasti di dalam Resto itu.

Ibu yang tadi menungguku, tak nampak lagi. Apa jangan-jangan Ibu juga sudah melihat Ayah ada disini? Ku percepat langkah, agar Aku bisa menemukan terlebih dahulu keberadaan Ayah, sebelum Ibu.

Baru saja Aku melangkahkan kaki ke dalam Resto itu, tiba-tiba tubuhku di tabrak seseorang yang tak aku kenal hingga Aku terjatuh. Namun, Aku mengenal aroma wanginya, wangi parfum ini milik Ayah. Ya Aku yakin sekali yang menabrak tubuhKu adalah Ayah.

Buru-buru Aku berdiri untuk memastikannya. Aku mendengar suara teriakan, tak jauh dari area parkiran, seperti suara Ibu.

Kemudian sebuah mobil melaju dengan cepat dan aku hampir tertabrak, Ya Tuhan itu mobil Ayah. Berlari Aku kearah mobil kami, tapi tiba-tiba Ibu mengambil kunci ditangan ku, kemudian Dia masuk ke mobil dan langsung mengendarai mobil itu sendiri.

Aku mencoba membuka pintu mobil, tapi semuanya sudah terkunci. Kemudian Ibu melaju kencang mengejar mobil Ayah, dan meninggalkan Ku sendiri.

Aku berlari mengejarnya namun tak bisa, sebuah taxi melintas dan ku lambaikan agar berhenti. Dan ku bilang untuk mengikuti mobil merah yang sudah jauh berlalu dari pandangan ku.

Nafasku terengah-engah, karena harus berlari mengejar mobil Ibu tadi. Oh Tuhan, lindungi Ibu dalam perjalanan ini. 

Belum selesai do'aku panjatkan, tiba-tiba taxi yang ku tumpangi berjalan pelan.

"Kenapa Pak?" 

"Macet Nak" 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun