Mohon tunggu...
Mardety Mardinsyah
Mardety Mardinsyah Mohon Tunggu... Freelancer - Pendidik yang tak pernah berhenti menunaikan tugas untuk mendidik bangsa

Antara Kursi dan Kapital, antara Modal dan Moral ? haruskah memilih (Tenaga Ahli Anggota DPR RI)

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Orang yang Buta Huruf, Peradaban Tak Suka Kepemimpinan Ahok

13 Agustus 2016   13:26 Diperbarui: 13 Agustus 2016   14:31 1383
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Permasalahan walikota Surabaya Risma dan Ahok  terus memanas, kedua jagoan  ini diadu bak ayam jantan melalui media, baik media cetak dan elektronik serta media sosial. Berawal dari ucapan Ahok yang secara semantik biasa-biasa saja, tetapi diolah di sosial media menjadi sesuatu yang luar biasa, membuat  Risma terkesima. Ejek mengejek dan sindir menyindir terjadi. seperti kata Risma di media elektronik, Ahok mau mengunakan  jalur independent berarti mengejar jabatan. Risma mengkritik, kebijakan Ahok tentang cara penggusuran Kalijodo. 

Fenomena  ini membuat kita bingung. Kita  menyadari bahwa bangsa ini beragam suku ras, agama dan tradisi yang tentu menghasilkan perbedaan-perbedaan dalam tingkah laku.  Sejak tahun 1928 kita telah sepakat bersatu, tentu  dengan syarat menerima  berbagai perbedaan. Tapi hingga hari ini  kita belum bisa menghargai perbedaan pendapat. Ini contoh anyar yang dipertunjukkan oleh kedua pemimpin kita yang dikagumi masyarakat, Ahok dan Risma.

  Ahok dengan gaya yang telah dikenal sebagai kekuasaan marah-marah diikuti pula oleh Risma yang marah-marah. Hal ini dinilai sementara pihak sebagai pemimpin yang diperdaya oleh emosi. Logika politik dipandang  tidak bekerja.  Bila logika bicara, akan terlihat benang merah persoalan, tetapi bila emosi mengendalilkan, maka  rasa marah, jijik dan perasaan negatif  lainnya akan bekerja secara intensif. Dengan dasar logika, etika dan moral akan digunakan secara lurus dan benar.

Pada zaman digital ini, media  sosial bisa  mengadu domba pemimpin, bukannya menggagas agar pemimpin  meninggalkan  etika klasik, utilitarisme (asal memberi manfaat) dan etika deontologi ( asal  mengikuti  aturan), padahal banyak aturan yg sudah tidak populer. Yang digagas hendaknya etika kepemimpinan yang penuh  kepeduliaan dan etika cinta, saling menghormati perbedaan, sehingga rakyat yang dipimpin  menjadi damai.,

Dalam kekinian, dimana kemajuan zaman telah merubah paradigma berpikir dari banyak hal yang dilarang  menjadi, apa saja boleh asal bisa mempertanggung jawabkan. Gaya kepemimpinan marah marah merupakan bentuk baru yang timbul dari kefrustrasian pemimpin menghadapi manusia generasi Z yang merupakan generasi digital, yaitu kurang kontakanatar  sesama secara fisik, komunikasi lebih banyak melalui digital, tidak mudah diatur  sulit mempercayai dan dipercaya dan berlomba mencari identitas diri.

Ahok pada dasarnya merupakan pemimpin yang karakternya dibentuk untuk tujuan tertentu dalam menghadapi kemajuan zaman. Gaya kepemimpinan marah marah yang dipraktekan Ahok, terbukti banyak memberi manfaat, khususnya untuk hal hal yang selama puluhan tahun  di DKI tidak dapat disentuh oleh pemimpin sebelumnya, diselesaikan Ahok.  Contoh konritnya adalah pengusuran di Kalijodo. Sekalipun Risma mengeritik cara Ahok menyelesaikan kalijodo, tapi itukan suatu cara atau metode. Dewasa ini justru muncul beragam metode penyelesaian masalah  ( semiotik budaya, hermeneutika, critical study, postmoderen, poststruktural  dan lainnya). Salah satunya dapat digunakan tergantung tujuan.

Kepemimpinan marah marah yang diperagakan Ahok, terbukti dapat mendorong terjadinya perubahan perilaku masyarakat DKI, sekalipun belum signifikan.  Wajar saja gaya marah marah Ahok ini tidak disukai oleh banyak pihak, apalagi pihak yang tersentuh kepentingannya. Tetapi waktu telah menguji, bahwa perubahan itu adalah sesuatu yang abadi, jika tidak bisa menerima perubahan yang dikehendaki zaman, akan terlindas roda zaman. Bahasa kerennya Change or Die.

Menerima dan menyesuaikan diri dengan gaya kepemimpinan Marah marah yang ternyata sesuai dengan kontek peradaban saat ini, merupakan perubahan yang mau tidak mau harus diterima oleh semua pihak yang hidup dizaman ini. Jika tidak dapat menyesuaikan diri dengan peradaban tersebut, dapat diberikan stempel sebagai orang yang Buta Huruf Peradaban.

Kepemimpinan perempuan  dari berbagai perspektif telah diperjuang sejak abad yang lalu.  Perempuan dipandang tidak bisa memimpin karena perempuan dipandang lemah dan tidak rasional. Perempuan harus dirumahkan dan tidak boleh melintasi dunia publik. Perempuan dipandang lemah, halus dan manja,disimpan disangkar madu dan dijajah pria sepanjang zaman.  Eksistensi perempuan hanya untuk dicinta tidak sebagai pemimpin. Tradisi, peraturan negara bahkan penasiran kitab suci memandang perempuan demikian. Akibatnya, perempuan mengalami berbagai  diskriminasi yang disebut dengan ketidakadilan gender.

Risma muncul di abad ini di Indonesia sebagai sebagai pemimpin perempuan yang membanggakan. Dia    pemimpin gagah perkasa, bahunya kokoh untuk penyangga,m otaknya cerdas untuk membela. Contoh konkritnya, Doli, lokasi pelacuran yang selama  ini juga tidak tersentuh oleh kepemipinan sebelumnya, digusurnya  dan perempuan perempuan disana diajarinya berusaha yang halal.  

Risma mengubah Surabaya menjadi kota asri, bersih dan  hijau, sehingga pelancong yang didaerah asalnya terbiasa buang sampah sembarangan, di surabaya tidak berani mencoba buang sampah sembarangan. Risma mengubah budaya, merubah perilaku yang bukan pekerjaan mudah, tapi beberapa tahun ini Risma melakukannya dengan tekun.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun