Mohon tunggu...
Mardety Mardinsyah
Mardety Mardinsyah Mohon Tunggu... Freelancer - Pendidik yang tak pernah berhenti menunaikan tugas untuk mendidik bangsa

Antara Kursi dan Kapital, antara Modal dan Moral ? haruskah memilih (Tenaga Ahli Anggota DPR RI)

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

WR Soepratman Bukti Kokohnya Bangsa Indonesia

18 Agustus 2021   14:56 Diperbarui: 18 Agustus 2021   15:03 3217
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Soepratman  senang bermain musik dan membaca-baca buku musik. Kegemarannya pada musik  adalah pengaruh kakaknya Roekijem yang senang bermain biola, main sandiwara dan sering mengisi pertunjukan kesenian di mess militer. Ketika Soepratman tinggal bersama kakaknya ini di Makasar dia  memperoleh pelajaran musik dari kakak iparnya yaitu Willem van Eldik  dan kemudian Soepratman menekuni  dunia musik.

Ketika Soepratman  membaca sebuah karangan dalam majalah “Timbul”, dia mendapat inspirasi untuk menciptakan lagu kebangsaan Indonesia. Salah satu penulis  di majalah tersebut  menantang ahli-ahli musik Indonesia untuk menciptakan lagu kebangsaan Indonesia.  Soepratman tertantang, lalu mulai menggubah lagu. Pada tahun 1924 lahirlah lagu Indonesia Raya. Soepratman musikus yang menjadi wartawan telah menciptakan lagu kebangsaan Indonesia.  

Oktober 1928 dilangsungkan Kongres Pemuda  di Jakarta.  Kongres itu melahirkan Sumpah Pemuda. Pada malam penutupan kongres, Soepratman memperdengarkan lagu ciptaannya secara instrumental di depan peserta kongres. Lagu Indonesia Raya diperdengarkan di kongres itu tanpa kata-kata, hanya alunan biola Soepratman. Pada saat itu untuk pertama kali lagu Indonesia Raya dikumandangkan di depan umum. Kemudian, teks lagu Indonesia Raya  dipublikasikan di media massa dan yang  pertama kali mempublikasikannya adalah  suratkabar Sin Po. Lagu Indonesia Raya ciptaan Soepratman cepat terkenal di kalangan pergerakan nasional. Masa itu, bila ada partai-partai politik mengadakan kongres, maka lagu Indonesia Raya selalu dinyanyikan, karena lagu itu merupakan perwujudan rasa persatuan dan kehendak untuk merdeka.

Setelah  menciptakan lagu Indonesia Raya,Soepratman selalu diburu oleh polisi Hindia Belanda.Dia ditangkap polisi Belanda,setelah menciptakan lagu matahari Terbit (1938) dan  menyiarkan lagu tersebut bersama pandu-pandu di NIROM Jalan Embong Malang, Surabaya. Soepratman ditahan di penjara Kalisosok, Surabaya. Kemudian meninggal pada tanggal 17 Agustus 1938 karena sakit.

 Wage Rudolf Soepratman, pencipta lagu kebangsaan ini, tidak sempat menikmati hidup dalam suasana kemerdekaan, tapi lagu-lagu  ciptaannya terus bergema sampai sekarang. Lagu “Ibu Kita Kartini” juga  ciptaan Soepratman yang setiap 21 April lagu ini selalu dinyanyikan. 21 April ditetapkan sebagai hari Kartini. R.A. Kartini adalah pahlawan nasional.  

Di tengah kehidupan bangsa Indonesia dijajah bangsa Belanda,  nasionalisme   Soepratman mengalir deras. Rasa nasionalisme itu membuahkan karya bernilai tinggi yang telah menjadi pembangkit semangat perjuangan pergerakan nasional. Soepratman yang  seorang pemusik dan juga seorang penulis, tertantang semangat nasionalisme untuk menciptakan lagu kebangsaan.

Mengenang pahlawan nasional,  Wage Rudolf Supratman, menyadarkan kita di zaman ini untuk terus  memperkokoh  jiwa nasionalisme dan patriotisme dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.  Menghargai  jasa Wage Rudolf Supratman yang telah berjuang demi kemerdekaan Indonesia akan   meningkatkan  kesadaran kita untuk meningkatkan persatuan bangsa. Tidak perlulah   neko-neko dengan apa yang beliau imani, tapi ingat jasanya terhadap NKRI.

Di kekinian, soal kebhinekaan di negara ini sudah tuntas. Hujan badai kehidupan telah menerpa, menguji dan memperkokoh persatuan dan kesatuan bangsa. Seluruh rakyat Indonesia sudah menerima perbedaan agama, suku dan Ras. Kalaupun ada oknum  yang mencoba menyenggol, mengulik dan mengadu domba masyakarat dengan sentimen  SARA, takkan berhasil. Masyarakat sudah paham,  hal demikian adalah kepentingan yang berlindung di balik sentimen SARA.

Sejarah  mencatat,  berbagai gelombang yang  menggoyang negara tidak meruntuhkan kesatuan bangsa.  Indonesia tetap utuh.  Pendidikan pancasila, bela negara dan  kebangsaan Indonesia yang telah diajarkan dari semua tingkatan sekolah sejak generasi sebelum generasi milenial telah menciptakan generasi yang tidak mempersoalkan perbedaan suku,agama dan ras. Dari generasi tersebut telah lahir generasi milenial yang fokus pada kemajuan teknologi yang ikut berperan menyatukan  bangsa ini. Bangsa Indonesia bangsa yang  kuat , namun tetap waspada.
Sekian.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun