Mohon tunggu...
Mardety Mardinsyah
Mardety Mardinsyah Mohon Tunggu... Freelancer - Pendidik yang tak pernah berhenti menunaikan tugas untuk mendidik bangsa

Antara Kursi dan Kapital, antara Modal dan Moral ? haruskah memilih (Tenaga Ahli Anggota DPR RI)

Selanjutnya

Tutup

Politik

Puan Maharani bak Sabai Nan Haluih Perempuan Pemberani dalam Legenda Minangkabau

7 September 2020   17:57 Diperbarui: 7 September 2020   18:08 418
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

" Mendengar ayahnya terbunuh dalam perkelahian, Sabai berlari menuju ke Padang Panahunan tempat perkelahian itu dengan membawa senapan ayahnya. Diperjalanan ketemu musuh ayahnya. Sabai dengan muka memerah menanyakan ayahnya. Musuh ayahnya menggodanya dengan mengatakan dia tambah cantik kalau lagi marah dan mengatakan bahwa ayahnya tertembak. Sabai bertambah marah sambil mengarahkan senapannya ke dada Rajo nan Panjang, musuh ayahnya itu yang tertawa terbahak-bahak mengejek Sabai nan Aluih dengan mengatakan bahwa dia perempuan, senapan bukan mainan anak perempuan dan perempuan tidak bisa pegang senapan. Sabai nan Aluih bertambah marah mendengar hinaan itu, lalu menarik pelatuk senapannya. Terdengarlah suara dentuman yang sangat keras. Seketika itu pula, Rajo nan Panjang terjatuh ke tanah, peluru menembus dadanya".

Keberanian Sabai Nan Haluih membalas kematian ayahnya, membuat namanya menjadi legenda. Keberanian seorang perempuan rupanya mengkagetkan orang banyak. Dalam pandangan masyarakat perempuan itu lemah, halus, manja dan tidak berani menyelesaikan persoalan apalagi membalas dendam.

Ketika himbauan Puan Maharani yang mengharap Sumatera Barat menjadi pendukung negara Pancasila, bagi saya itu sebuah himbauan yang berani. Puan Maharani bak Sabai Nan Haluih, Perempuan Pemberani. Tidak ada yang salah dengan himbauan itu.


Siapa yang berani bilang kalau itu bukan sebuah sikap yang berani ?

Sumber Asli

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun