Mohon tunggu...
Mardety Mardinsyah
Mardety Mardinsyah Mohon Tunggu... Freelancer - Pendidik yang tak pernah berhenti menunaikan tugas untuk mendidik bangsa

Antara Kursi dan Kapital, antara Modal dan Moral ? haruskah memilih (Tenaga Ahli Anggota DPR RI)

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Gender dan Rasial Tak akan Mencegat Kamala Harris Menjadi Wakil Presiden Amerika Serikat

31 Agustus 2020   12:31 Diperbarui: 31 Agustus 2020   12:31 159
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pemilihan presiden (Pilpres) AS yang ke 59 akan digelar November 2020 mendatang. Donald Trump berpasangan dengan Mike Pence berhadapan dengan Joe Biden yang menggandeng Kamala Devi Harris, perempuan keturunan Afrika sebagai wakil presiden (Wapres). Jika Joe Biden menang, Kamala menjadi perempuan pertama berkulit hitam yang menduduki jabatan sebagai Wakil Presiden di Amerika .Untuk pertama kalinya perempuan berkulit hitam bertarung dalam Pilpres di negeri Paman Sam.

Politik Pilpres AS 2020 cukup riuh. Diskriminasi rasial masih menjadi masalah yang menghantui masyarakat AS, meski mereka sudah merdeka ratusan tahun. Ide keadilan gender walaupun telah lama diusung di negeri ini, tapi keadilan gender baru bisa memiliki makna ketika diimplementasikan dalam kehidupan nyata. Tampilnya Kamala Harris, sebagai calon wakil presiden, mengejutkan Donald Trump. Trump merasa terancam dan mulai menyerang. Kamala diejek sebagai perempuan yang buruk. Tampaknya laki-laki sehebat Donald Trump masih memiliki masalah dengan perempuan tangguh seperti Kamala.

Riuhnya informasi, baik di sosial media maupun media mainstream online sekitar Pilpres AS 2020 ini, menarik untuk dipahami apa yang sebenarnya terjadi. Konsep "Memahami" berbeda dengan "mengetahui". Konsep "mengetahui" mencari data, tapi " memahami mencari makna. Nah, itulah yang kita lakukan dalam tulisan ini. Mencari makna dibalik keriuhan politik Pilres AS 2020. Seni memahami ada ilmunya, yaitu hermeneutika. Hermeneutika moderen telah diakui keabsahannya. Dengan ketangkasan hermeneutika, mari kita "mengulik" masalah ini.

Kamala Harris mendampingi Joe Biden bertarung dalam pilpres AS 2020. Kamala Harris, berasal dari etnis Afro-Amerika, kelompok etnis di AS yang nenek moyangnya berasal dari Afrika, warga berkulit hitam. Dulu, kelompok etnis ini termarjinalisasi secara rasial dalam konteks Amerika. Perjuangan panjang untuk keadilan telah dilakukan sejak era Martin Luther King Jr. Itu semua telah menjadi fakta sejarah. Bila kita buka lembaran sejarah tentang diskriminasi rasial ini, kita akan basah oleh sejarah. Rasisme sangat mencekam.

Pembunuhan George Floyd pada 25 Mei 2020, memperlihatkan bahwa masih ada Rasisme di AS. Dunia Mengecam. George Floyd, seorang pria ras kulit hitam asal AS, mati di tangan polisi kulit putih. Ini merupakan fakta yang miris. Kematian tragis warga kulit hitam ini memantik solidaritas di berbagai negara. Pembunuhan George Floyd menyulut kemarahan warga Amerika Serikat dan masyarakat internasional. Ratusan demonstran menggelar unjuk rasa, salah satunya di Kedutaan Besar AS di Berlin. Demonstran memegang poster yang bertuliskan "Keadilan untuk George Floyd". "Berhentilah membunuh kami".

.

Kasus pembunuhan George Floyd membuat masyarakat AS resah dan memerlukan diskusi untuk menghentikan tindakan rasisme. Di sampng diskriminasi rasial, di negeri paman sam ini terdapat pula persoalan laten, yaitu ketimpangan sosial dan ekonomi antara ras kulit hitam dan kulit putih. Ketimpangan ekonomi ini setiap saat juga dapat meledak.

Politik pemilu AS lagi seru. Kerusuhan rasial terjadi pada musim kampanye pilpres 2020. Kamala Harris sebagai calon wakil presiden, merupakan kartu truf untuk pemenangan Joe Biden melawan Trump. Tampilnya Kamala Harris mengejutkan Donald Trump. Trump merasa terancam dan menyerang Kamala Harris. Kamala diejek sebagai perempuan yang buruk. Trump menuding Kamala jahat. Kamala Harris tak pantas menjadi calon wakil presiden Amerika Serikat. Tim kampanye pemilihan Trump "menyerang" Kamala Harris. Serangan bersenjata gender.

Tapi Kamala Harris bukan sembarang perempuan. Dia perempuan tangguh dalam berjuang menegakkan keadilan. Kamala adalah pejuang yang tak kenal takut bertarung untuk kepentingan rakyat kecil dan dia menjadi pelayan yang terbaik bagi rakyat. Kamala Harris pasti didukung oleh pemilih perempuan AS yang telah tercerahkan oleh ide kesetaraan dan keadilan gender. Masalah gender tak akan mencegat Kamala Harris untuk menjadi Wapres AS dalam pilpres 2020.

Kerusuhan rasial ?. Kerusuhan rasial justru akan memenangkan Kamala Harris. Kamala Harris menjadi Wapres pertama AS berkulit hitam. Salah satu Visi Kamala : mereformasi peradilan pidana dan menemukan cara membela warga AS berkulit hitam.

Kematian George Floyd di tangan polisi di Detroid, menunjukkan tindakan polisi berbau rasis. Kejadian ini akan dapat memenangkan Kamala Harris dalam Pilpres AS 2020. The New York Times merekonstruksi kematian George Floyd ini dalam video berdurasi 8 menit 46 detik. Berita ini menyebar keseluruh dunia. Muncul protes dan aksi unjuk rasa di AS atas kematian pria kulit hitam, George Floyd. Hingga hari ini, situasi makin memanas dan gelombang protes tidak behenti. Bahkan korban mati terjadi lagi. Demonstran tertembak dalam aksi unjuk rasa, seperti di Minneapolis, Minnesota.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun