Mohon tunggu...
Marcko Ferdian
Marcko Ferdian Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Pencinta Monokrom dan Choir

Love what you have || Kompasianer pemula

Selanjutnya

Tutup

Joglosemar Pilihan

Kelirukah Sistem Lapas Mencegah Penyebaran Paham Radikal di Dalamnya?

23 Januari 2023   02:07 Diperbarui: 23 Januari 2023   07:52 282
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Mobil Polisi Meninggalkan Lokasi Penyergapan Teroris di Sleman/By Haris Firdaus/Sumber: www.kompas.id

Kalau tidak salah dengar, terduga merupakan mantan napi yang pernah dipenjara di Nusakambangan.

Adalah sesuatu yang umumnya terjadi di Indonesia, ketika seorang narapidana menyelesaikan masa tahanan dan kembali ke masyarakat, image sebagai pelaku kejahatan masih tetap menempel kuat. Sehingga terkadang mantan napi akan membutuhkan waktu yang lama agar bisa menyesuaikan diri kembali sebagai manusia bebas dan diterima masyarakat.

Dengan kata lain setelah keluar penjara mereka belum mendapatkan status sebagai manusia merdeka sebab terkadang perlakuan diskriminatif masih dirasakan mereka yang telah menjalankan masa hukuman di penjara ketika kembali ke masyarakat. Masih ada anggapan bahwa sekali orang berbuat jahat, maka seterusnya dia tetap jahat.

Jika napi itu seorang residivis, maka image tersebut akan tetap melekat sampai mati sehingga masyarakat akan merasa tidak nyaman dengan kehadiran mereka kembali. Tak menutup kemungkinan kesan penolakan ini memberi efek trauma kepada mereka.

Efek penolakan dan mungkin perlakuan diskriminatif yang berkepanjangan membuat napi yang sudah bebas kembali mengucilkan diri dan bisa saja menimbulkan ketidakpercayaan diri yang tinggi sehingga alih-alih merubah diri menjadi lebih baik, malah sebaliknya terus melakukan kejahatan karena penolakan dan perlakuan tersebut.

Terduga teroris yang ditangkap kemarin memang sudah berkeluarga namun akhir-akhir ini tinggal bersama orangtua dan adiknya. Sudah menikah dan memiliki anak, namun istri dan anak meninggalkannya.

Ini dugaan ya, semisal saat dipenjara, istri dan anaknya akhirnya meninggalkan dirinya, kemudian image sebagai mantan napi masih tetap menempel bahkan setelah keluar penjara dan kembali ke masyarakat misalnya, terus seperti dikucilkan. Seperti apa gejolak yang dialami dirinya?

Tipikal-tipikal seperti inilah yang memudahkan para napi mudah sekali dimasuki doktrin atau idelogi ekstrem semasa dipenjara. Semisal kejadian, mereka betul-betul rela mati konyol karena merasa sudah tidak memiliki apa-apa lagi yang pantas diperjuangkan.

Karena ditolak dan permasalahan dalam keluarga, memudahkan mereka untuk dicuci otak, diputar balikan kewarasan berpikir sehingga dengan mudah ditunggangi orang-orang yang berideologi ekstrem.

Lapas Nusakambangan/By Fadlan Mukhtar Zain/Sumber: asset.kompas.com
Lapas Nusakambangan/By Fadlan Mukhtar Zain/Sumber: asset.kompas.com

Sejauh Mana Proses Pembinaan Lapas Terhadap Warga Binaan?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Joglosemar Selengkapnya
Lihat Joglosemar Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun