Mohon tunggu...
Marcko Ferdian
Marcko Ferdian Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Pencinta Monokrom dan Choir

Love what you have || Kompasianer pemula

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Satu Senyum Saja, Sukacitanya Tak Terbilang

30 Desember 2020   02:55 Diperbarui: 30 Desember 2020   02:58 198
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi senyuman ibu/Photo by Andrea Piacquadio from Pexels.com

Apa sih sebenarnya yang kita cari di dunia ini ? materikah, statuskah, atau pengakuan dari orang lain? Well bisa jadi semuanya bukan ? tapi apakah itu membuat kita bahagia ? hmm tunggu dulu, karena  itu tergantung dari jalan yang kita pilih.

Maksudnya begini kalau materi, status dan pengakuan didapat dari cara yang salah, kenikmatannya sesaat, ujungnya derita. Tetapi jika jalan yang ditempuh benar dan lurus, sekalipun panjang, tapi sukacita dan keberkahan akan mengikutinya.

Teringat pesan orangtua lebih khusus pesan ibu, ketika akan melanjutkan studi di jenjang pendidikan tinggi sembilan tahun yang lalu. "Nak, sekalipun nanti kami di sini makan seadanya, jangan sampai studimu gagal". Tanggungan empat anak yang semuanya sekolah tentu cukup berat. Bagi anak yang orangtuanya berprofesi sebagai PNS, pasti kita merasakan bagaimana mereka "menyekolahkan" SK PNSnya untuk semua biaya besar yang harus dikeluarkan membiayai sekolah dan kuliah anak-anak.

Pontang-panting bahkan terseok hidup ini dilakoni mereka asalkan anak-anaknya mendapat pendidikan yang layak. Banyak kisah tentang orangtua yang berpesan, tidak mengapa mereka hanya lulusan pendidikan menengah asalkan anaknya lulusan perguruan tinggi.

Sangat sayang jika kerja keras mereka berujung sia-sia. Mungkin ada diantara pembaca saat ini mengalami masa-masa sulit pendidikan tapi tetaplah ingat, dalam setiap doa mereka nama kita selalu disebut. Saat malas itu mulai datang, lawanlah rasa itu dengan mengingat perjuangan orangtua di rumah.

ilustrasi wisuda/Photo by Ekrulila from Pexels.com
ilustrasi wisuda/Photo by Ekrulila from Pexels.com

Sebagai anak, kebahagian betul dirasakan saat melihat senyum terpancar dari wajah orangtua. Hal ini saya rasakan betul saat wisuda sarjana tiga tahun lalu di Kota Pelajar. Karena saat itu harus berbagi tugas, yang menemani wisuda adalah ibu dan adik perempuan, sedangkan ayah sementara mengantarkan adik bungsu untuk mendaftarkannya di SKMA Manokwari Papua Barat.

Tak perlu malu untuk diakui bahwa perjalanan kuliah saya sangat panjang, tetapi hal tersebut tidak menyurutkan semangat untuk terus berjuang. Banyak teman seangkatan yang karena menyerah dengan keadaan, mengambil jalan pintas dengan membeli ijazah, tapi kembali lagi pesan sang ibu tidak saya lupa.

Saya pernah mengalami kegagalan saat awal kuliah di tahun 2007, dimana harus mengundurkan diri dari satu kampus di Jawa Barat, yang terkenal dengan sebutan kampus biru. Kejadian itu di tahun 2010, dan setahun kemudian melanjutkan kuliah di Kota Pelajar. Perjuangan panjang itu akhirnya berbuah manis di tahun 2017 saat diwisudakan disaksikan oleh ibu.

Foto bersama/ Dokpri
Foto bersama/ Dokpri

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun