Mohon tunggu...
Marcko Ferdian
Marcko Ferdian Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Pencinta Monokrom dan Choir

Love what you have || Kompasianer pemula

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Kancing Rumah: Tradisi Mendirikan Rumah ala Soa Mahaluruk-Rumday Latdalam

6 September 2020   15:04 Diperbarui: 6 September 2020   16:41 919
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Proses mendirikan menara rumah| Sumber : Dokumentasi pribadi

Ketika kaum pria baku sorong bahu mendirikan menara, kaum wanitanya mempersiapkan makan untuk disantap bersama di siang hari, pada saat ini lolat-lolat dari ayah saya berdatangan untuk membawa sopi dan sumbat, begitupun kakaknya dan saudara sepupu perempuan ayah yang lain, mereka membawa tanggungan berupa makanan seperti umbi-umbian, bumbu dapur, beras bahkan ikan ayam serta babi. 

Sebagai lolat, mereka tahu kewajiban mereka secara adat untuk membalas jasa dari duan mereka. Fungsi duan di sini adalah untuk kas pake pakean ke lolat dalam arti melindungi lolatnya, sehingga sebagai ucapan terima kasih, lolat akan membawa sopi beserta sumbat-nya. 

Jadi prosesi pendirian atau pemancangan ini dimulai ketika pecah fajar, dimana rangka rumah yang lama dibongkar untuk nantinya di lokasi yang sama didirikan rangka rumah yang baru. 

Sehingga ketika matahari su tinggi, pekerjaannya sudah hampir rampung, semua orang beristirahat sementara untuk nantinya bersantap siang secara bersama. 

Saat santap inilah sopi akan diedarkan untuk diminum baik laki-laki maupun perempuan. Selain itu untuk tante-tante (kakak dan sepupu perempuan ayah) secara kompak mulai melakukan angkosi yaitu semacam gerakan tarian (badendang) dengan pola gerakan tertentu sambil bernyanyi dan berbalasan pantun. 

Sudah tentu diantara mereka ada yang berbalasan pantun menggunakan bahasa Indonesia tapi berdialek Melayu-Ambon, dan ada juga yang memakai bahasa daerah tinggi sehingga saya pun sulit memahami artinya. 

Tarian dan nyanyian ini akan dilakukan oleh sebagian perempuan, dan sebagian lagi beberes piring dan gelas yang digunakan untuk makan tadi. 

Suasana saat itu adalah suasana yang sangat gembira diiringi canda-tawa yang sangat lama tidak saya alami dimana semua keluarga besar dari dua soa yaitu Mahaluruk dan Rumday baik tua, muda, anak-anak di Latdalam bertemu untuk membantu salah satu keluarga mereka yang berhajat. 

Saat-saat seperti inilah untuk sesama saudara yang belum saling kenal mulai mengenal satu dengan lainnya, kalau generasi tua sudah tentu saling kenal tapi untuk generasi muda yang terpisah satu sama lain di berbagai wilayah Saumlaki merupakan sebuah ajang untuk mulai mengenal saudara mereka. 

Keunikannya adalah karena ini merupakan tradisi, sudah tentu sistem pemanggilan juga berdasarkan tradisi. 

Misal ada yang lebih tua umurnya dibanding saya tetapi karena saya adalah Om-nya, jadi harus dipanggil Om. Awalnya kaget tapi dimaklumi sebab itu tuntutan adat kami.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun