Mohon tunggu...
Marciano Yoseph Djamon
Marciano Yoseph Djamon Mohon Tunggu... Sales - Keep spirit

Peselancar dua dunia maya dan nyata

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Indonesia vs Corona

17 Agustus 2021   16:34 Diperbarui: 20 Agustus 2021   09:28 219
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hari ini kemerdekaan RI tepat tanggal 17 agustus Indonesia merayakan ulang tahunnya yang ke 76.Hari raya terpenting bagi seluruh rakyat Indonesia yang selalu diulang setiap tahunnya dengan penuh semangat, juga untuk mengenang jasa para pahlawan yang membela tanah air dan bangsanya untuk kemerdekaan ibu pertiwi yang akhirnya dapat kita rasakan kemerdekaannya sampai sekarang.

Dimana kita juga dapat melaksanakan upacara bendera setiap hari senin waktu sekolah dulu, jika tidak bawa topi atau dasi , kita akan dipajang di depan sebagai hukuman. Atau kadang ada sebagian murid yang pura pura sakit agar tidak ikut upacara dan tidur di tempat kesehatan di sekolah. Tapi hampir seluruh murid dan pihak sekolah, guru dan kepala sekolah, mengikuti upacara dengan hikmat.

Ditengah suasana yang penuh dengan semangat kebangsaan ini , dimana kemerdekaan yang didapatkan dari perjuangan rakyat Indonesia dan para pahlawannya mengusir penjajah dahulu kala, ternyata sekarang kita juga masih harus berjuang melawan pandemi covid 19 yang bukan hanya menyerang negara kita, tapi juga hampir seluruh negara di dunia. Memang hidup penuh perjuangan, sebab dari sanalah kita ditempa agar lebih kuat lagi dalam menjalani kehidupan, begitulah kira kira nasihat orangtua saya dulu. Serangan covid 19 yang tidak terlihat ini memukul tidak hanya bidang kesehatan, tapi juga ekonomi, sosial bahkan politik dalam negeri.

Efek pandemi di sektor kesehatan

Di bidang kesehatan para nakes berjibaku berjuang tak kenal lelah menjalankan tugasnya merawat yang sakit, menjadi vaksinator, sambil tetap menjaga kesehatan diri sendiri agar tidak terjangkit wabah tersebut. Bahkan sampai mau divaksin yang ketiga lewat vaksin booster. Di kota kota besar di pulau Jawa dan Bali angka positif corona sempat meninggi, tetapi sekarang sudah cukup melandai karena Pemerintah menerapkan PPKM untuk membatasi kegiatan warga dan juga peran masyarakat yang mendukung perlawanan terhadap musuh yang tidak kelihatan yaitu mr corona ini.

Keterbatasan infrastuktur kesehatan di daerah juga turut menjadi beban di sektor kesehatan, karena menjadikan penanganan kesehatannya kurang dapat mengimbangi angka positif corona di daerahnya dan nakes di daerah cukup kewalahan menghadapinya. Pemerintah sudah berusaha menerapkan berbagai kebijakan untuk mengatasi melonjaknya angka positif corona, antara lain dengan pembatasan pembatasan kegiatan masyarakat, bisa dibilang semi lockdown karena kita belum dapat menjalankan lockdown total, karena banyak rakyat yang sulit  terjangkau bansos, keuangan negara yang juga terbatas, aparat juga yang masih terbatas, oleh sebab itu dipilihlah semi lockdown seperti pembatasan pembatasan tersebut.

 Juga vaksin yang sudah didatangkan oleh Pemerintah dari luar negeri , sudah disuntikan ke 54.674.912  lebih rakyat Indonesia per 16 agustus.  Walaupun baru sekitar 26,25 persen dari target  yang tervaksin, tapi sudah ada perubahan ke arah yang lebih baik karena cukup banyak yang sudah divaksin. Semoga dapat cepat tercapai herd imunity agar pandemi cepat selesai, agar kita selesai juga bermasker ria .

Efek pandemi di sektor ekonomi

Di bidang ekonomi sebelas dua belas dengan sektor kesehatan. Ekonomi terdampak sudah sejak awal ditetapkan pandemi di negara ini sekitar bulan februari tahun lalu. Sejak awal corona bertualang di Indonesia, pemerintah langsung menerapkan semilockdown hampir tiga bulan lamanya. Banyak perusahaan, pabrik yang memutuskan hubungan kerja dengan karyawan karyawannya karena tidak dapat membayar gaji pegawainya karena tidak ada kegiatan masyarakat.

 Hampir semua sektor terdampak akibat pandemi ini. Apalagi para pekerja harian , seperti ojol , opang, pkl dan masih banyak lagi yang bila tidak bekerja hari ini akan sulit untuk membuat dapurnya ngebul. Tetapi pandemi ini juga mengasah kreativitas masyarakat dengan berwiraswasta untuk bertahan hidup, menjual makanan, menciptakan sesuatu, berdagang online, jadi cukup banyak juga startup baru bermunculan. Saya sendiri pernah menyaksikan di tv, salah seorang penduduk Aceh yang membuat pot bunga dari popok bekas. Sungguh kreatif sekali, bahkan juga mendukung pengurangan pemanasan global atau yang biasa kita sebut global warming. Masih banyak masyarakat kreatif lainnya yang entah karena berinovasi untuk menambah penghasilan ataupun yang memang untuk bertahan hidup mencari beberapa suap nasi. Sifat dasar manusia untuk bertahan hidup pun keluar dari pandemi ini dengan berbagai cara.

Pemerintah pun berupaya untuk menyalurkan bansos, tetapi ada saja penghambatnya, entah tidak sampai ke penerima ataupun disunat bansosnya. Memang korupsi masih membudaya di sebagian masyarakat kita. Korupsi sudah terlalu berakar di beberapa sektor negara kita melalui oknum oknum nakalnya. Warna bendera kita merah putih , merah artinya berani, putih berarti suci. Bagaimana mau suci jika masih banyak korupsi disana sini. Seperti kata founding father kita, bapak Soekarno 'perjuanganku lebih mudah karena mengusir penjajah, perjuanganmu akan lebih sulit karena melawan bangsamu sendiri'. Tetapi sudah ada upaya untuk itu dengan ditangkapnya petinggi petinggi negara yang berulah korupsi. Semoga menjadi warning dan  shockterapy bagi koruptor lainnya.

Efek pandemi di sektor sosial

Dampak di segi sosial juga cukup terasa akibat mr corona ini. Bayangkan saja, biasanya kita bisa kondangan, bercengkerama dengan saudara dan kerabat, lalu juga bisa nonton konser musik berdesak desakan tapi asik, nonton bola lengkap dengan nonton tawurannya, anak anak bersekolah dan bermain bersama teman temannya, pergi berkunjung ke rumah saudara dan masih banyak lagi kegiatan sosial lainnya, itu semua sirna karena corona. Biasanya dulu diadakan lomba tujuh belasan tingkat rt/rw. Sekarang sementara ditunda dulu.

Orang orang terpaksa harus menjaga jarak, menghindari kerumunan, jangankan untuk berhang out ria, untuk berbicara saja harus maskeran dan menjadi hidup normal baru. Tapi seiring berjalannya waktu, kenormalan baru juga akhirnya ternormalkan pada masyarakat dengan sendirinya. Sekolah jadi lewat hp dan laptop, aktivitas kantor pun sebagian work from home. Bahkan ada pernikahan yang dilangsungkan dengan sistem drive trough. Para tamu undangan datang menyalami mempelai dari dalam mobil, dari kejauhan tentunya dengan protokol kesehatan. Memang pandemi ini juga kembali mengasah kreatifitas masyarakat untuk beradaptasi dengan berbagai cara juga di sektor sosial ini.

Efek pandemi di sektor politik

Penanganan pandemi terkini dikonsolidasikan oleh Luhut Binsar Pandjaitan. Namun ada pihak yang menyangsikan hal ini, beranggapan bahwa penanganan pandemi harus langsung dikontrol oleh Presiden Jokowi. Padahal sudah jelas bahwa panglima tertinggi penanganan pandemi ini adalah Presiden dan Luhut adalah komando wilayahnya bersama Menteri Perekonomian Airlangga Hartarto. Hal seperti ini masih saja digoreng menjadi isu, padahal kita masih harus menangani pandemi ini dengan segala daya dan upaya. Sudah seharusnya elit politik kita saling bersatu di masa pandemi ini karena ini terkait keselamatan bangsa juga. Apa gunanya mereka berseteru jika bangsa ini akhirnya kalah oleh pandemi. Ibarat kata kalah jadi abu menang jadi arang. Tidak ada yang diuntungkan.

Tapi itu hanya sebagian kecil saja. Masih banyak politikus kita yang berupaya bersama membangun kesadaran masyarakat untuk mengatasi pandemi ini dengan menerapkan protokol kesehatan. Sudahilah 'pertengkaran politik' untuk membantu bangsa ini segera keluar dari pandemi. Masih jauh 2024. Masih banyak hal lebih penting daripada mengurus hasrat pemilu yang masih tiga tahun lagi.

Menyalip di tikungan

Seperti kata bapak Presiden kita Joko Widodo, kita harus bisa menyalip di tikungan. Di masa pandemi seperti ini, dimana hampir semua negara terkena pandemi sekaligus dampaknya yang juga mengakibatkan ekonomi merosot di banyak negara, juga Laut China Selatan yang memanas, China dan AS juga memanas. Kita harus dapat mengambil momentum ini, untuk menyalip di tikungan, melewati negara negara lain,  mengejar ketertinggalan dari negara negara adidaya untuk lebih memajukan bangsa kita lebih cepat lagi.

Hal itu sudah dirintis oleh bapak Presiden dengan memotong aturan yang terlalu banyak yang memperpanjang prosedur birokrasi. Bapak Presiden juga mencanangkan agar kita perlu cara kerja baru, harus lebih cepat, harus melakukan shortcut agar tidak lamban. Lebih berorientasi pada gol, pada hasil yang lebih cepat. Karena memang semua telah diber talenta, semua berusaha, tetapi jika ditambah lagi lebih cepat niscaya kita juga dapat maju lebih cepat dari sekarang. Ibarat mobil balap di film Fast And Furious, harus ditambah nitro lagi agar cepat maksimal. Sekarang memang telah kita rasakan dimana membuat ijin usaha sangat cepat tidak seperti sebelumnya.

Maka marilah kita sekarang juga mengambil momentum semangat hari kemerdekaan ini  untuk membangun negara yang kita cintai ini dengan bekerja lebih cepat, memakai cara cara baru, memutar otak dengan kreativitas kreativitas baru, memangkas hal yang tidak perlu, agar kita dapat mengikuti pembalap Rossi yang sering menyalip di tikungan, dan menjadi pemenang. Indonesia bisa menang jika kita menghendaki dan mau. Merdeka..

Marciano Yoseph D

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun