Aku berdiri ditepi danau, matahari dilangit mulai menenggelamkan dirinya secara perlahan, digantikan dengan sinar senja terang menghiasi langit sore, membuatnya terlihat jauh lebih indah. Angin sore yang terasa menyejukkan ikut hadir, aku memejamkan mata, merasakan lembutnya angin yang menerpa rambut dan membelai pipiku.
Suara langkah kaki terdengar, aku berbalik badan, senyumanku merekah lebar, akhirnya dia datang, berdiri tak jauh di depanku.
"Lembayung," kataku.
Dia tersenyum, wajahnya tampak bersinar dan bibirnya terlihat pucat. Dia mendekatiku sembari mengulurkan setangkai bunga anyelir putih. Aku menerimanya dengan senang hati. Anyelir putih yang memiliki makna sebagai simbol kesetian dan cinta yang suci.
"Happy anniversary untuk hubungan kita Senjani." Katanya, akupun mengangguk sebagai balasan.
Lembayung mencengkram pelan kedua pundakku, menarikku agar lebih dekat dengannya, aku menatapnya sembari menunggu apa yang ingin dia katakan.
"Senjani," panggilnya dengan suara lembut.
"Ya?" Jawabku, hatiku selalu bergetar saat Lembayung menatapku dengan penuh kasih sayang.
"Nanti saat kamu merindukan aku, lihatlah langit yang penuh bintang."
Aku mengkerutkan kening, "Kenapa harus lihat langit kalo aku bisa langsung bilang rindu ke kamu?" Lembayung tak menjawab, dia hanya tersenyum.
"Itu tidak akan mungkin bisa terjadi lagi Senjani."