Mohon tunggu...
Afifuddin lubis
Afifuddin lubis Mohon Tunggu... Pensiunan PNS -

Selalulah belajar dari siapapun

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Keluarga Nilai Puisi Fadli Zon Merendahkan Derajat KH Maimoen Zubair

11 Februari 2019   07:12 Diperbarui: 11 Februari 2019   07:17 1488
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Pertama pada bait pertama yang berbunyi ," Doa sakral ,seenaknya kau begal......" dan pada bait kedua ," Doa sakral ,kenapa kau tukar ....." .

Kedua kata " Kau " ini bisa ditapsirkan untuk Mbah Moen tapi bisa juga diartikan untuk Romahurmujiz .

Tetapi pada puisi itu ,digambarkan Mbah Moen mau meralat doanya yang salah ucap itu oleh karena adanya kata " direvisi sang bandar ,dibisiki kacung makelar " .

Dengan demikian menurut Taj Jasin ,terkesan bahwa ayahandanya bisa dengan mudah meralat doanya karena didikte oleh orang lain .

Gus Yasin menegaskan bahwa Mbah Moen bukanlah sosok yang mudah didikte atau ditekan oleh orang lain .Bahkan menurutnya ,ulama sepuh itu tidak mungkin dan tidak akan mau didikte atau ditekan oleh pihak manapun .

Dengan penjelasan putra Mbah Moen yang ditayangkan Kompas TV itu jelaslah bahwa menurut keluarga ,puisi Fadli Zon itu ditujukan kepada ulama karismatik yang sudah sepuh itu dan puisi itu juga telah merendahkan derajat Kiai yang dihormati Ummat itu .

Gus Yasin juga menyesalkan puisi itu karena telah menimbulkan kegaduhan di masyarakat .Hal ini tercermin dari protes keluarga Nahdliyin dan juga dari para santri .

Dalam penjelasannya tersirat keinginan Gus Taj Yasin agar Fadli Zon menemui Mbsh Moen dan mengadakan tabayyun (klarifikasi ) tentang puisinya itu .Hal ini terutama untuk mencegah timbulnya kegaduhan di masyarakat .

Karenanya kita menunggu apakah Wakil Ketua DPR itu akan menjumpai atau tidak menjumpai Mbah Moen .

Salam Demokrasi ! 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun