Mohon tunggu...
Afifuddin lubis
Afifuddin lubis Mohon Tunggu... Pensiunan PNS -

Selalulah belajar dari siapapun

Selanjutnya

Tutup

Analisis Artikel Utama

Jelang Debat Pilpres, Kuasai Istilah Agar Tak Salah Pertanyaan

7 Januari 2019   20:36 Diperbarui: 12 Januari 2019   15:40 1424
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Calon Presiden Joko Widodo dan Prabowo Subianto| Tribunnews/Dany Permana

Debat Pilpres 2019 segera dimulai pada 17 Januari yang akan datang. Direncanakan debat tersebut akan berlangsung 5 kali. Komisi Pemilihan Umum (KPU) sudah menyiapkan sejumlah aturan untuk pelaksanaan debat yang dimaksud.

Untuk debat seri pertama 17 Januari nanti akan mengambil tema tentang hukum yang berkaitan dengan Hak Asasi Manusia (HAM), Korupsi, serta Terorisme.

Pada debat seri pertama ini telah disepakati yang akan bertindak sebagai panelis adalah, 1) Prof Hikmahanto Juwana (Guru Besar Hukum UI), 2) Prof DR Bagir Manan (Mantan Ketua MA), 3) Ahmad Taufan Damanik (Ketua Komnas HAM), 4) Bivitri Susanti (Ahli Tata Negara), 5) Margarito Kamis (Ahli Tata Negara), dan 6) Agus Rahardjo (Ketua KPK). 

Penentuan ke-6 panelis ini berdasarkan kesepakatan tim kampanye masing-masing pasangan calon bersama KPU. Tugas utama panelis ialah menyiapkan pertanyaan yang kemudian oleh moderator ditanyakan kepada pasangan calon.

Menurut rencana debat ini akan diselenggarakan di Hotel Bidakara dan akan disiarkan langsung oleh TVRI, RRI, Kompas TV, dan RTV. Bertindak sebagai moderator Ira Koesno dan Imam Priyono.

Menjelang pelaksanaan debat sudah terlihat juga adanya saling sindir antara kedua tim sukses. Seperti diketahui ada perbedaan yang nampak antara debat kali ini jika dibandingkan debat-debat beberapa tahun yang lalu.

Pada debat Pilpres sekarang, KPU telah memutuskan terlebih dahulu diberikan kisi-kisi alias bocoran pertanyaan debat kepada capres-cawapres. Menurut politikus PDIP Charles Honorus, kebijakan ini akan menguntungkan Prabowo-Sandiaga karena pasangan ini tidak akan salah data seperti misalnya menyebut Haiti berada di Afrika.

Sementara kubu Prabowo-Sandiaga menyatakan kebijakan yang demikian akan menguntungkan capres 01 karena pasangan ini akan bisa membawa atau mempersiapkan contekan pada debat.

(balaisarbini.com)
(balaisarbini.com)
Dari pemberitaan sebelumnya, kubu capres 02 sering mengemukakan bahwa elektabilitas Prabowo-Sandi akan meningkat sesudah pelaksanaan debat. Hal ini menunjukkan perasaan mereka bahwa capres-cawapres yang mereka dukung akan menguasai dan memenangkan debat.

Walaupun pada debat 2019, bocoran materi debat sudah diberikan tetapi nantinya masih ada tanya jawab tertutup yang artinya kisi-kisi bahan yang ditanyakan dan diperdebatkan belum diberikan.

Walaupun publik tidak diberitahu tentang kisi-kisi materi debat tetapi tidak salah juga kita menduga-duga tentang hal-hal yang akan dibicarakan. Dugaan saya, perbincangan yang paling seru nanti yang berhubungan dengan HAM.

Hal ini jadi seru oleh karena capres 02 sering dikaitkan dengan pelanggaran HAM masa lalu terutama yang berkaitan dengan "penculikan" terhadap beberapa orang aktivis yang tidak sejalan dengan pemerintahan Orde Baru. Walaupun ini tema yang seru tetapi sekurang-kurangnya Prabowo Subianto sudah dua kali mengikuti debat yaitu pada Pilpres 2009 ketika berpasangan dengan Megawati dan ketika debat Pilpres 2014.

Bagaimana pekanya tentang isu "penculikan" itu, terlihat dari reaksi yang muncul dari kubu 02 menanggapi pidato Cawapres Ma'ruf Amin.

Pada sebuah kesempatan, Ma'ruf Amin mengutarakan keberhasilan Jokowi serta menggambarkan pribadi Jokowi. Mantan Rois Am PBNU itu antara lain mengatakan Jokowi tidak pernah memerintahkan atau melakukan penculikan.

Pernyataan yang demikian mendapat tanggapan yang cukup keras dari kubu 02. Mereka antara lain mengatakan, isu penculikan yang dituduhkan kepada Prabowo itu tidak pernah dibuktikan melalui pengadilan. Bahkan juga dikemukakan, beberapa sosok yang disebut diculik bahkan sekarang menjadi orang dekat mantan Pangkostrad itu.

Berkaitan dengan HAM ini, dugaan saya pasangan 02 akan menanyakan kasus penyiraman air keras ke wajah Novel Baswedan, penyidik senior KPK. Kasus itu sudah mendekati dua tahun dan sampai sekarang belum terungkap siapa pelakunya.

Mengingat belum terungkapnya kasus ini maka ada komentar Andi Arief, Wakil Sekjend Partai Demokrat. Menurutnya, tidak ada gunanya mengungkit pelanggaran HAM masa lalu kalau kasus Novel saja pun tidak dapat dituntaskan. Menurutnya kasus HAM masa lalu itu dapat dibicarakan apabila Jokowi memberikan satu buah matanya untuk Novel.

Kemudian hal yang penting dipersiapkan menjelang debat ialah penguasaan istilah yang berhubungan dengan materi debat. Hal yang demikian tidak hanya berlaku untuk Pilpres tetapi juga pada debat Pilkada.

Pada debat Pilgub Sumatera Utara yang baru lalu, pasangan Djarot-Sihar ada melontarkan pertanyaan tentang stunting kepada Edy Rahmayadi-Musa Rajekshah. Sementara pasangan ini melontarkan tentang istilah "Dalihan Natolu" yang ditanyakan kepada Djarot dan Sihar.

Betapa pentingnya penguasaan istilah ini, kita jadi teringat debat Pilpres 2014. Pada waktu itu yang berhadapan adalah pasangan Jokowi-Jusuf Kalla berhadapan dengan pasangan Prabowo Subianto-Hatta Rajasa. Seingat saya topik bahasan waktu itu berkaitan dengan lingkungan hidup.

Hatta menanyakan kepada Jokowi mengenai pandangannya terhadap penghargaan Kalpataru. Hatta mengatakan bahwa Kalpataru merupakan salah satu penghargaan tertinggi yang banyak diinginkan kota-kota.

Jokowi menjawab bahwa Kalpataru merupakan penghargaan pelestarian lingkungan yang diberikan kepada perseorangan atau lembaga. Artinya penghargaan ini bukan untuk kota atau kabupaten tetapi untuk perseorangan atau lembaga. Sementara penghargaan lingkungan yang populer untuk kabupaten/kota ialah "Adipura".

Sontak kekeliruan Hatta Rajasa itu menjadi pembicaraan hangat di masyarakat. Dengan contoh yang demikian, menjadi terlihatlah betapa pentingnya penguasaan berbagai istilah yang selaras dengan tema debat.

Sesungguhnya pada tataran ideal, debat Pilpres diharapkan mampu memberi gambaran kepada masyarakat tentang tokoh-tokoh yang akan menjadi pimpinan bangsa. Namun tidak dapat dihindari munculnya kesan bahwa debat juga merupakan arena untuk saling menjatuhkan.

Sekecil apapun kekeliruan yang muncul dalam debat, maka hal tersebut akan digoreng melalui media terutama melalui medsos.

Selamat melaksanakan debat.

Salam Demokrasi!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun