Seperti yang dikatakan Jakob Oetama pendiri Harian Kompas ,Kasimo adalah adalah seorang tokoh yang menjunjung tinggi moto salus populi supremalex ,yang berarti kepentingan rakyat hukum tertinggi ,yang merupakan cermin etika berpolitik yang nyaris klasik dari tangan dirinya ( Wikipedia).
Natsir dalam posisinya sebagai Ketua Umum Partai Masyumi tentulah sering berbeda pendapat dengan Kasimo.Diberitakan ,kedua tokoh ini sering terlibat dalam perdebatan panas di parlemen.Perdebatan panas itu tentunya karena perbedaan sudut pandang ' ideologi".
Tetapi hangatnya perdebatan di parlemen serta perbedaan ideologis yang dianut kedua tokoh itu tidak memengaruhi hubungan pribadi diantara keduanya. Pemimpin Partai Masyumi dan Pemimpin Partai Katolik itu selalu menjalin hubungan pribadi yang sangat baik.Keduanya saling berkunjung.Natsir berkunjung ke rumah Kasimo dan begitu juga sebaliknya.
Sering dikatakan ,Natsir -Kasimo merupakan contoh ,berlawanan secara politik tapi  tidak perlu harus diikuti dengan permusuhan abadi secara pribadi.
Pada masa sekarang ini ,ketika hubungan pribadi antar politisi sering memanas-hubungan pribadi Natsir-Kasimo ini sering dijadikan rujukan agar mampu memisahkan perbedaan politik dengan hubungan pribadi.
Ketua MPR ,Zulkifli Hasan pada Sidang Tahunan  MPR,16 Agustus 2018 juga mengungkapkan persahabatan Natsir -Kasimo itu.Zulkifli Hasan antara lain mengatakan
" Kita ingat persahabatan Pak Natsir dan Pak Kasimo yang bersepeda bersama setelah berdebat sengit di parlemen".
Merujuk kepada persahabatan kedua tokoh itulah ,teman saya yang membaca berita jabat tangannya Sandiaga-Andi Arief berkomentar.
Menurutnya begitulah seharusnya politisi ,mampu saling berjabat tangan walaupun beda kepentingan politik.Ia menyamakan jabat tangan di kediaman SBY itu sama dengan persahabatan Natsir -Kasimo.
Kontan saya menjawab ,menyamakan hal tersebut tidak tepat malahan ada perbedaan yang prinsip disana .
Natsir dan Kasimo sering berdebat -malahan kadang kadang dalam suasana panas- untuk hal hal yang bersipat " ideologis' .Tetapi perdebatan yang panas itu tidak membuat mereka bermusuhan secara pribadi.
Menurut saya hal itu sangat berbeda dengan hubungan Prabowo-Sandiaga disatu pihak dan Andi Arief di pihak lain.
Andi Arief menyebut Prabowo sebagai " jenderal kardus" ,itu merupakan pernyataan yang menyerang pribadi mantan Pangkostrad itu.Sungguh tidak layak Prabowo yang dikenal cemerlang dalam karir militernya diberi julukan yang sepertinya mengolok-olok.
Begitu juga halnya Andi menuduh Sandiaga mengucurkan sejumlah dana ke PAN dan PKS.Terhadap tuduhan itu ,Sandiaga ,PKS dan PAN sudah membantahnya.Berarti pasti salah satu pihak ada yang berbohong dan sampai sekarang belum terungkap dengan jelas siapa yang berbohong itu.