Mohon tunggu...
Afifuddin lubis
Afifuddin lubis Mohon Tunggu... Pensiunan PNS -

Selalulah belajar dari siapapun

Selanjutnya

Tutup

Analisis Pilihan

Sandiaga Bicara tentang Uang Rp 100 Ribu, Inikah Politik "Emak-emak" Itu?

10 September 2018   13:04 Diperbarui: 10 September 2018   13:27 855
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pertama kali saya mendengar Sandiaga ucapkan kata "emak -emak " pada 10 Agustus 2018, ketika ia dan Prabowo Subianto didaftarkan partai pengusungnya di KPU Pusat.

Kemudian kata tersebut muncul lagi pada pidato Ketua MPR Zulkifli Hasan sewaktu Sidang Paripurna MPR, 16 Agustus 2018. Pada acara yang dihadiri Presiden Jokowi itu, Zulkifli Hasan yang juga Ketua Umum PAN menyampaikan adanya keluhan atau pesan emak-emak terutama yang berkaitan dengan naiknya harga barang untuk kebutuhan sehari-hari.

Sekjend PAN Eddy Soeparno juga mengatakan, Tim Prabowo-Sandi akan siapkan Juru Bicara "emak-emak". Menurutnya juru bicara ini akan disiapkan untuk menyuarakan keprihatinan perempuan Indonesia.

Dari beberapa hal tersebut, terlihatlah bahwa timses penantang Jokowi-Ma'ruf Amin itu akan menempatkan emak-emak sebagai fokus penggalangannya. Bahkan Sandiaga pernah menyatakan "emak emak" akan menjadi kunci memenangkan pilpres 2019. Untuk itu dia ingin berjuang bagi kesejahteraan kaum ibu. Bentuknya membuat harga kebutuhan bahan pokok tetap terjangkau.

Berkaitan dengan harga bahan kebutuhan pokok sekarang ini, Sandiaga Uno, Rabu, 5 September 2018 mengemukakan, ketika berada di Pekanbaru dia menerima keluh kesah dari anggota masyarakat.

Seorang perempuan bernama Ibu Lia bercerita, ia bertengkar dengan suaminya karena harga bawang dan cabai yang melambung tinggi. Selanjutnya, Ibu Lia cekcok dengan suaminya gara-gara uang belanja dikasih Rp 100 ribu, pulang cuma bawa bawang sama cabai.

Membaca cerita Sandi yang dikutip dari Tempo.co, 8/9/2018 itu saya menggugam di dalam hati. Alangkah dramatisnya keadaan itu, gara-gara harga bawang dan cabai yang naik, Ibu Lia bertengkar dengan suaminya.

Kenapa hal itu bisa terjadi dan kapan terjadinya? Tentu hal tersebut terjadi karena ketidakbecusan aparat pemerintah yang bertugas untuk itu. Dan semuanya itu terjadi karena yang memimpin negeri ini adalah Jokowi. Suami Ibu Lia itu juga mungkin jarang baca media sehingga ia tidak tahu di masa pemerintahan Jokowi ini harga "pada naik".

Tidak hanya tentang cekcok Ibu Lia dan suaminya, malahan Sandiaga juga bercerita tentang Ibu Yuli yang jualan tempe di Duren Sawit, Jakarta. Menurut Ibu Yuli, tempe sekarang sudah dikecilkan dan tipisnya sudah hampir sama dengan kartu ATM. Kenapa hal ini juga terjadi, ya itu tadi karena presidennya Jokowi.

Apakah Jokowi yang ngurus bawang, cabe, dan tempe saja tidak becus, masih layak dipilih lagi pada 2019 nanti? Menurut pendapat saya alur pikir yang demikianlah yang akan dibangun oleh juru bicara emak-emak. Intinya jangan lagi pilih Jokowi.

Berdasarkan asumsi yang demikian maka ketika hanya berbicara tentang harga bahan pokok yang terus melambung dan dijadikan terus-menerus sebagai fokus pembicaraan, maka para emak-emak bisa terkikis ingatannya tentang Kartu Indonesia Pintar, akan hapus dari benaknya tentang Kartu Indonesia Sehat. Emak-emak di desa juga akan lupa, semasa Jokowi lah dikucurkan dana sekitar Rp.800 juta pertahun untuk membangun desa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun