Mohon tunggu...
Afifuddin lubis
Afifuddin lubis Mohon Tunggu... Pensiunan PNS -

Selalulah belajar dari siapapun

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Jokowi Ingatkan Kritik Beda dengan Mencemooh dan Nyinyir

22 Maret 2018   10:44 Diperbarui: 22 Maret 2018   10:56 818
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
nasional.kompas.com

Ketika Amien Rais pada sebuah pidatonya mengatakan bagi bagi sertipikat tanah oleh Jokowi  merupakan pengibulan kepada rakyat maka muncullah berbagai reaksi. Suasana terasa semakin panas ketika Luhut Panjaitan ikut berbicara.

Luhut mengancam akan membuka dosa dosa senior dimasa lalu. Walaupun Luhut tidak menyebut nama tetapi orang bisa menduga bahwa  yang dimaksudkannya tentulah Amien Rais.

Oleh karena Amien Rais adalah seorang politisi yang sejak awal terlihat tidak terlalu bersahabat dengan Jokowi maka spontan bermunculanlah tanggapan terhadap komentar Amien Rais dan reaksi terhadap ucapan Luhut Panjaitan. Dari kelompok maupun politisi yang tidak terlalu suka kepada Jokowi antara lain mengatakan, Pemerintah harus bersedia menerima kritik. Pemerintah tidak boleh alergi terhadap kritik.

Ketika membaca pidato Amien Rais, dalam hati saya pun bertanya,apakah yang dikemukakan pendiri PAN itu murni  kritik atau hanya sebatas bentuk ketidak sukaan kepada Jokowi. Karena dalam pandangan saya tidak tepat kalau disebut Jokowi ngibulin rakyat berkaitan dengan pembagian sertipikat tanah tersebut. Melalui pemberitaan media kita melihat langsung bahwa Presiden memang nyata nyata memberi sertipikat kepada rakyat.

Pada tahun 2017, Pemerintah telah menyerahkan 5 juta sertipikat tanah kepada masyarakat dan pada 2018 ini ditargetkan 7 juta sertipikat tanah akan diberikan kepada masyarakat. Dengan data yang demikian jelaslah ada dan banyak sertipikat yang sudah diserahkan, lalu muncul pertanyaan, ngibul nya dimana ya?

Ditengah berpikir apakah yang disampaikan Ketua Dewan Kehormatan PAN itu murni kritik atau bentuk lain dari ketidak sukaan kepada Jokowi ,saya membaca pidato Presiden pada pembukaan Rapat Pimpinan Nasional Partai Perindo di Jakarta Rabu,21 Maret 2018.

Harian Kompas,22/3/2018 memberitakan dalam kesempatan tersebut Jokowi mengatakan pemerintah butuh kritik. Tetapi Jokowi mengharapkan agar kritik dan masukan itu hendaknya berbasis data.

Selanjutnya Presiden mengemukakan, kritik itu dibutuhkan pemerintah untuk mengontrol kebijakan pemerintah agar selalu berjalan digaris yang benar. Kemudian Jokowi menyatakan, kritik tanpa dasar serta fakta yang tidak jelas dan tidak solutif justru tidak akan melahirkan jalan keluar yang diinginkan. Dengan sikap yang demikian jelaslah terlihat bahwa Jokowi dan pemerintahannya menyadari perlunya kritik yang salah satu tujuannya adalah untuk mengontrol jalannya pemerintahan.

Pidato Jokowi pada Rapimnas Perindo itu semakin menarik ketika Kepala Pemerintahan kita itu mengungkapkan, semua pihak harus dapat membedakan kritik dan non kritik. Presiden mengingatkan, kritik berbeda dengan mencela. Demikian juga kritik berbeda dengan mencemooh, selain berbeda dengan nyinyir. Jokowi juga menyatakan kritik dengan menghujat juga tidak sama. Apalagi kritik dengan fitnah. Hal itu juga berbeda kritik dengan menjelek jelekkan. Berkaitan dengan uraian Jokowi tersebut maka dapat dibuat ringkasan seperti berikut. Tanggapan  atau komentar yang disampaikan  kepada pemerintah terdiri dari:

I.Kritik
II.Non kritik yang :
1. Mencela
2.Mencemooh
3.Nyinyir
4.Menghujat
5.Fitnah
6. Menjelek jelekkan

Berkaca kepada pernyataan Jokowi tersebut maka apabila ada kelompok maupun perorangan yang menyampaikan tanggapan terhadap kebijakan pemerintah tentu memudahkan saya untuk mengklasifikasikannya, apakah itu murni kritik atau non kritik yang justru mencela, mencemooh, menghujat , memfitnah , menjelek jelekkan bahkan juga karena nyinyir.

Salam Demokrasi!

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun