Mohon tunggu...
Afifuddin lubis
Afifuddin lubis Mohon Tunggu... Pensiunan PNS -

Selalulah belajar dari siapapun

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Lima Buah Kereta Parkir di Pasar tapi Orang Nyaman Berbelanja

28 Oktober 2017   12:59 Diperbarui: 28 Oktober 2017   13:43 549
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bahasa Indonesia berasal dari Bahasa Melayu dan penutur asli bahasa ini antara lain berasal dari Tanah Deli ,Medan dan wilayah Sumatera Timur seperti Asahan ,Batubara,Tanjung Balai dan juga Labuhan Batu. Selain itu penutur Bahasa Melayu juga berada di Riau dan Kepulauan Riau.
Walaupun Tanah Deli atau tepatnya kota Medan merupakan sumber awal Bahasa Melayu ,tetapi dalam perkembangannya ,penuturan bahasa Melayu di Ibu Kota Sumatera Utara ini juga mengalami perobahan pengucapan maupun perobahan makna.

Perobahan itu terjadi terutama yang berkaitan dengan bahasa yang digunakan sehari hari oleh masyarakat.Kemungkinan besar perobahan kosa kata dan artinya itu juga disebabkan oleh inter aksi antar kelompok masyarakat yang mendiami kota itu. Kota Medan sekarang ini sering disebut sebagai " miniatur" Indonesia.Berbagai suku bangsa yang disebut etnik Nusantara maupun yang berasal dari etnik mancanegara bertempat tinggal di kota yang dulu pernah dijuluki " Parijs van Sumatera"itu.
Etnik Nusantara yang paling banyak jumlahnya selain suku Melayu tentu suku Jawa.Tetapi di kota ini juga banyak yang berasal dari Minang,Bugis,Sunda,Banjar,Ambon dan etnik asal Sumatera Utara sendiri seperti Mandailing,Toba,Simalungun ,Karo ,Pakpak ,Nias dan lainnya.

Yang berasal dari etnik mancanegara terutama Tionghoa,Arab dan India juga sudah ratusan tahun hidup berdampingan secara damai dengan suku lainnya. Malahan seorang tokoh Tionghoa yang bernama Tjong A Fie dan abangnya Tjong Yong Hian telah menjadi legenda di Kota Medan dan sekitarnya. Sekarang ,istana atau mansion Tjong A Fie ini masih berdiri tegak di Jalan Ahmad Yani atau yang lebih dikenal dengan nama kawasan Kesawan.

Para saudagar yang ber etnik Arab sangat banyak di jumpai di kawasan " Pasar Ikan Lama " ,Medan ,pusat  perdagangan  tekstil di Sumatera Utara. Sementara etnik yang berasal dari India banyak ditemui di pusat kota Medan juga yang disebut " Kampung Madras". Karenanya dengan interaksi sosial antar etnik yang demikian maka  Medan mendapat julukan juga sebagai Melting Pot.

Oleh perjalanan sejarahnya ,maka bahasa Melayu yang digunakan sebagai " lingua franca" di Medan juga mendapat pengaruh.
Karenanya menyebut " saya" sering juga digunakan kata " Ana " dan " kamu" disebut dengan " ente". Sebutan " gopek" ," cepek" juga sangat akrab di telinga masyarakat Medan.

Tetapi walaupun bahsa Melayu merupakan bahasa sehari hari tetapi ada juga beberapa ucapan masyarakat yang artinya tidak sejalan dengan bahasa Indonesia yang baik dan benar. Kata " pasar" di medan artinya jalan dan bukan tempat berbelanja (market). Untuk pasar dalam istilah Medan disebut pajak. Karenanya sering juga terjadi ketika seseorang ingin melamar seorang perempuan untuk dijadikan istrinya,ia menjawab saya kerja di pajak.

Dia tidak berbohong dengan pernyataan nya itu karena dia memang jualan di pajak sedangkan orang yang berasal dari luar Medan mengartikan dia bekerja di jajaran Direktorat Jenderal Pajak. Begitu juga halnya dengan " kereta" yang dimaksudkannya adalah sepeda motor atau motor kalau di Jakarta.Sedangkan kereta di Jakarta sering diartikan sebagai kereta api.

Selanjutnya ada juga kata " berondok" yang artinya bersembunyi.Kata yang sama juga artinya dengan bersembunyi yaitu " alip cendong" yang juga merupakan permainan anak anak yang dikejar temannya kemudian dia bersembunyi di satu tempat. Sedangkan lari karena dikejar orang lain sering juga disebut " cicing"." Melihat polisi datang ,pencuri itu cicing" .Artinya cicing disini lari terbirit birit.

Hal yang diungkapkan tersebut adalah contoh betapa terjadinya interaksi bahasa yang dipengaruhi oleh keragaman etnik yang ada di Medan.
Tetapi berkembangnya dialek dan kosakata lokal tentu kita temui juga di berbagai daerah di republik kita ini.Dan hal tersebut diperkirakan akan terus berkembang di masa yang akan datang. Walaupun pertumbuhan Bahasa Indonesia di daerah ,dipengaruhi oleh kosakata lokal tetapi yang menggembirakan hati kita ,hal tersebut tidak pernah memecah belah bangsa kita.

Dalam konteks yang demikianlah kita bersyukur kita punya satu bahasa nasional yang sampai hari ini dan untuk selama lamanya tetap kita cintai dan hargai.
Dan itulah salah satu makna terbesar dari Sumpah Pemuda.
Selamat memperingati Hari Sumpah Pemuda.

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun